Liputan6.com, Jakarta Jalur laut Indonesia semakin berdenyut. Sebab hadir 75 yacht dari 12 negara. Mereka adalah peserta Sail to Indonesia 2018. Event ini mengambil start di Australia.
Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Bahari Indroyono Soesilo, mengaku gembira dengan antusiasnya peserta mancanegara dalam event ini.
Advertisement
“Kami gembira dengan respons besar terhadap Sail to Indonesia. Kehadiran para yachter mancanegara tentu akan berdampak positi bagi pariwisata Indonesia. Ekonomi masyarakat bergerak seiring kehadiran mereka,” kata Indroyono Soesilo, Kamis (16/8).
Dari total 75 yacht, 28 yacht diantaranya berangkat melalui Darwin. Sedangkan 47 lainnya berangkat dari kawasan Australia Timur. Yachter-yachter ini berbendera Australia, Selandia Baru, Denmark, Prancis, Belanda, Inggris Raya, Jerman, Kanada, dan Amerika Serikat
Sedangkan Indonesia diwakili oleh Kapal Raya 2. Menikmati eksotisnya alur laut di nusantara, mayoritas yachter sudah mengunjungi beberapa destinasi. Mereka kali pertama singgah di Debut pada 26 Juli. Lalu, meneruskan perjalanan menuju Tual.
Mereka juga menikmati keindahan wilayah Kabupaten Buru Selatan pada 10-13 Agustus 2018. Berada di Buru Selatan beragam agenda penyambutan meriah pun diberikan.
“Tahun ini total ada lima jalur yang bisa dinikmati para yachter ini. Kondisi ini tentu menjadi peluang ekonomi terbaik. Sebab, pada setiap destinasi selalu ada transaksi ekonomi yang terjadi,” terangnya lagi.
Komposisi peserta Sail to Indonesis 2018 ini akan full mulai 6 September. Sebab, 28 yachter yang berangkat dari Darwin, Australia, akan bertemu di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Selang tiga hari berikutnya, mereka mengikuti acara puncak Sail Moyo Tambora 2018.
Indroyono menambahkan, kehadiran menguatkan konsep wisata bahari Indonesia.
“Setiap berhenti di satu daerah, selalu saja ada aktivitas ekonomi. Mereka memberi air bersih, bahan bakar, makanan, membeli pulsa untuk berkomunikasi dengan keluarganya, dan lain-lain. Dan, posisi ini sangat menguntungkan karena tidak perlu aksesibilitas dan amenitas. Mereka sudah menyiapkannya melalui yacht. Untuk atraksi, Indonesia yang terbaik,” lanjutnya.
Para yachter juga bisa mendatangi daerah-daerah baru. Indroyono mengatakan, kehadiran para yachter untuk menghidupkan destinasi baru tidak perlu lagi mendapatkan dukungan infrastruktur maksimal. Sebab, yacht bisa bersandar di pelabuhan kecil. Lalu, para yachter bisa tidur di kapalnya masing-masing.
“Yachter ini potensial untuk menggairahkan destinasi-destinasi baru. Tidak perlu membangun fasilitas fisik lebih. Sebab, yacht ini sangat simpel. Meski demikian, nilai transaksi yang dihasilkan sangat besar. Aliran devisa juga kuat. Tinggal atraksinya dikuatkan dan dikemas lebih baik lagi. Jadi setiap daerah selalu memberikan experience berbeda,” kata Indroyono.
Dengan potensinya tersebut, wisata bahari pun perlu mendapatkan dukungan promosi yang memadai. Indroyono menjelaskan, wisata bahari harus diberi slot khusus untuk mengikuti berbagai pameran atau sales mission di dunia.
Sebab, wisata bahari mampu menghadirkan wisman dalam jumah besar. Para yachter juga mendapatkan garansi keamanan dari Badan Keamanan Laut (Bakamla) selama 24 jam.
“Potensi dari wisata bahari khususnya yacht ini sangat besar. Wisman bisa tinggal untuk durasi lama di perainan Indonesia. Artinya, akan nilai komersial yang bisa diambil. Untuk itu, diperlukan dukungan berupa promosi yang memadai melalui keikutsertaan diberbagai pameran dunia,” tegas Indroyono lagi.
Progress positif wisata bahari, mendapatkan apresiasi dari Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. Menurutnya, dukungan akan tetap diberikan bagi wisata bahari.
“Wisata bahari ini tumbuh baik. Upaya untuk pengembangan pasti akan dilakukan. Yang jelas, kehadiran para yachter ini telah memberikan pengaruh ekonomi yang besar bagi masyarakat,” pungkasnya.
(*)