PDIP: Pertemuan Prabowo-Sandiaga dengan Ketua PBNU Hal yang Wajar

Jika nanti Kiai Ma'ruf Amin mengundurkan diri sebagai Rais Aam PBNU, menurut Hasto hal itu tak terlalu berpengaruh.

oleh Rinaldo diperbarui 19 Agu 2018, 07:41 WIB
Bakal calon Presiden Prabowo Subianto dan Bakal Cawapres Sandiaga Uno berbincang dengan Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj (tengah) saat kunjungan ke kantor PBNU, Jakarta, Kamis (16/8). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menyambangi Kantor PBNU pada Kamis 16 Agustus lalu. Keduanya diterima langsung Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj. Bagi PDIP yang merupakan parpol pengusung pasangan Jokowi-Ma'ruf, pertemuan itu dinilai wajar.

"NU kan rumah bersama. Dan kalau kita lihat Pak Jokowi menempatkan NU dalam seluruh kesejarahannya dalam Islam Nusantaranya dan Pak Jokowi juga bagian dari NU, dari Muhammadiyah, Beliau pemimpin kita bersama," kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto di Rumah Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (18/8).

"Apa yang dilakukan Kiai Said Aqil Siradj sebagai Ketua PBNU itu merupakan hal yang wajar dan artinya NU kembali ke khittah-nya 1926," sambung dia.

Hasto mengatakan, PBNU bukanlah organisasi politik. Dengan dipilihnya Ma'ruf Amin sebagai cawapres Jokowi, warga Nahdliyyin dipastikan akan memberikan suaranya untuk pasangan Jokowi-Ma'ruf. Walaupun pihaknya tak dapat memastikan suara NU akan sepenuhnya untuk Jokowi-Ma'ruf.

"Kalau kita melihat seluruh pergerakan suara itu melalui pengorganisasian. Pengorganisasian ada berdasarkan segmen pemilih, ada berdasarkan organisasi," jelasnya.

"Posisi dari KH Ma'ruf Amin di PBNU sebagai Rais Aam, beliau sebagai sosok yang dihormati dan tentu saja setiap warga bangsa memberikan dukungannya. NU sebagai organisasi sudah menyatakan tidak berpolitik dan itu kita hormati. Tetapi NU sebagai keluarga besar Nahdlyyin tentu punya preferensi terhadap Rais 'Aam tersebut," lanjut Hasto.

Jika nanti Ma'ruf mengundurkan diri sebagai Rais Aam PBNU, menurutnya hal itu tak terlalu berpengaruh. Pasalnya jabatan Rais 'Aam hanya kepemimpinan dari aspek legalitas.

"Sejak awal sudah kita kalkulasi dengan sebaik-baiknya karena setiap aturan organisasi yang tumbuh dari pengalaman NU harus kita hormati bersama. Tetapi kepemimpinan ini bukan dari aspek legalitasnya tetapi legitimasinya. Legitimasi inilah yang menentukan seseorang jadi pemimpin," tutup Hasto.

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

Reporter: Hari Ariyanti

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya