Liputan6.com, Cirebon - Satai Kalong merupakan salah satu kuliner legendaris khas Cirebon. Bentuk dan rasanya berbeda dengan satai kambing maupun ayam. Sayang, kuliner ini semakin sulit ditemukan. Dari informasi yang didapat, penjual satai kalong Cirebon hanya tinggal lima orang.
Sujana, salah satu penjual satai Kalong mengaku hanya tahu di beberapa tempat saja.
"Itu karena kita sudah lama saling kenal dan sepuh semua," kata Sujana, salah seorang penjual Satai Kalong di Jalan Kesambi Dalem Gang Kota Cirebon, Minggu, 19 Agustus 2018.
Baca Juga
Advertisement
Sujana mengatakan, Satai Kalong Cirebon sudah ada semenjak puluhan tahun yang lalu. Dia menjelaskan, kuliner tersebut dinamakan Satai Kalong karena selalu berjualan di malam hari. Kalong (Pteropus vampyrus) adalah keluarga kelelawar (chyroptera) yang selalu keluar pada malam hari. Namun, dalam prosesnya, satai tersebut tidak terbuat dari binatang kalong atau kelelawar.
"Satai Kalong khas Cirebon ini adalah sate yang menggunakan daging kerbau atau sapi," jelas kakek yang akrab disapa Joni.
Sujana mengatakan, Satai Kalong Cirebon menawarkan dua rasa daging Kerbau. Yaitu manis dan asin. Untuk rasa manis, daging diolah dan disajikan dengan tusuk sate dibentuk menjadi tipis, pipih namun agak padat.
Tidak terlalu mengenyangkan untuk santap malam hari bagi yang biasa makan dengan porsi banyak. Dilengkapi lontong meskipun tidak banyak.
"Kebanyakan pelanggan suka satai yang manis. Kadang dikasih mentega untuk menambah selera tapi itu semua tergantung pesanan," kata Joni. \Bumbu penyedap satai kalong terbilang sederhana. Bauran kacang yang sudah dihaluskan ditambah gula merah dicampur oncom. Satai pun dibakar seperti biasanya.
Satai kalong Sujana ini dijual Rp 18 rb per kodi, dalam semalam Joni bisa menghasilkan Rp 300 rb.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Saksi Sejarah
Joni mengaku, Satai Kalong salah satu kuliner khas menjadi saksi sejarah berkembangnya Cirebon. Dia mengaku berjualan sate kalong sejak tahun 1963. Berbagai peristiwa bersejarah yang ada di Cirebon ia saksikan.
"Saya jualan sebelum peristiwa PKI dan saya juga tahu bagaimana kencangnya rumor PKI itu buruk. Tapi saya tidak terlalu menanggapi karena saya kan jualan," kata Joni.
Saat itu Joni berjualan di Kampung Pemujudan Kota Cirebon. Tepatnya di belakang sekolah Santa Maria. Seiring berkembangnya Cirebon, Joni pindah berjualan di Kesambi. Belakangan banyak warga Cirebon yang lupa dengan warisan kuliner khas Cirebon. Padahal, katanya, sate kalong ini merupakan bagian dari warisan wisata sejarah kuliner.
"Dulu mah ramai dan hampir setiap orang yang lewat pasti beli satai kalong. Bahkan, tentara pun kalau lagi siaga malam menyempatkan waktu untuk mampir beli satai saya," sebutnya.
Tarsani, pelanggan satai kalong Cirebon mengaku makanan tersebut merupakan warisan kuliner khas daerah. Ia membeli satai kalong Cirebon minimal dua kali dalam satu minggu.
"Bukan cuma di Kesambi saja, di beberapa tempat lain di Cirebon juga saya biasa beli satai kalong," ujarnya.
Advertisement