Mengenal Blockchain, Teknologi Baru Revolusi Pertanian

Blockchain adalah teknologi baru di bidang industri pertanian.

oleh Dewi Divianta diperbarui 22 Agu 2018, 22:00 WIB
Penjelasan resmi dari The Funding Partners (TFP) mengenai teknologi Blockchain. (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Liputan6.com, Denpasar - Pernah dengar teknologi blockchain? Ya, teknologi yang sedang ramai diperbincangkan. Tak hanya sekadar menjadi perbincangan, blockchain yang merupakan penerapan teknologi dan digitalisasi itu mulai diterapkan di sektor pertanian Indonesia.

Adalah The Funding Partners (TFP), salah satu perusahaan besar yang menjadi startup di ranah blockchain untuk industri pertanian. Teknologi blockchain sendiri awalnya berkembang untuk sektor perbankan. 

Namun kini, sebagaimana diutarakan CEO The Funding Partners, Jim Edwards, perusahaannya ingin memimpin era baru revolusi industri pertanian melalui teknologi blockchain.

"Kita tahu potensi pertanian Indonesia sangat besar, tapi permasalahannya juga kompleks," kata Edwards di sela-sela acara MoU (Mutual of Understanding) TFP International dengan TFP Indonesia di Hotel Prime Sanur, Denpasar, Selasa 21 Agustus 2018.

Edwards melanjutkan, para petani Indonesia juga masih dihadapkan masalah panjangnya rantai distribusi. Mereka masih harus berhadapan dengan tengkulak yang mempermainkan harga.

Di sisi lain, ada juga masalah ketidakmerataan data dan ketidakseragaman informasi terkait dengan kapasitas, pasar dan pembiayaan bagi seluruh pemain di sektor pertanian.

"Maka, teknologi blockchain bisa menjadi solusi. Mendekatkan petani dengan konsumen sekaligus menciptakan sinergi antara petani, pengusaha dan konsumen yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Edwards.

Dalam sistem manajemen rantai pasokan, transparansi bisnis sangatlah penting untuk memastikan kepatuhan serta kepuasan pelanggan. Penggunaan teknologi digital mampu meningkatkan pengalaman pelanggan atau konsumen dan mengarahkan pada laba bersih.

Sementara itu, Komisaris TPF Indonesia Joni Eko Saputro mengatakan salah satu pilot project penerapan blockchain ini adalah di Jatiluwih Tabanan dengan luas lahan 60 hektare. Nantinya, para petani padi maupun kopi akan didampingi dalam produksi pertanian sehingga meningkatkan kapasitas produksi maupun kualitas hasil pertanian.

"Nanti ada peningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan lahan dan penanaman hingga perawatan bahkan panen. Termasuk pula akses jaringan pemasaran hingga ekspor," ujarnya didampingi pula praktisi bisnis Desak Kiki.

Proyek berikutnya di Bogor dengan rencana luas lahan 1.000 hektare yang akan ditanami durian. Selain untuk diekspor, durian ini juga dikembangkan untuk menunjang industri pariwisata, khususnya agro tourism.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 


Data Tak Dapat Diubah

Pertanian Indonesia

TFP adalah sebuah perusahaan ekuitas swasta global yang didirikan di Utah, AS, pada 2007. TFP fokus mengoptimalkan aset dan layanan pertanian melalui metode penciptaan nilai berbasis teknologi mutakhir, mengelola berbagai kegiatan manajemen aset pertanian meliputi kemitraan pertanian, akuisisi lahan, dan akuisisi perusahaan agroteknologi, menetapkan tolak ukur industri  pertanian. 

Secara sederhana blockchain adalah struktur data yang tidak dapat diubah, hanya bisa ditambahkan. Setiap data dari blockchain saling terhubung. Jadi jika ada perubahan di salah satu block data, akan berpengaruh terhadap data berikutnya.

Sebelum hadir di Indonesia, TFP memiliki empat kantor global di AS, Afrika Selatan, Kamboja dan Malaysia. CEO TFP Jim Edwards bertugas menjalankan visi jangka panjang jangka global perusahaan. Ia juga memastikan bahwa organisasi, teknologi, dan fungsi investasinya memiliki koordinasi, konektivitas dan operasi yang optimal.

Mengadopsi model investasi terstruktur. Pada waktu bersamaan mengakui bahwa fleksibilitas adalah kunci untuk mencapai pertumbuhan pendapatan yang berkelanjutan. 

Simak video pilihan berikut di bawah ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya