Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama berdasar hasil Sidang Isbat yang digelar Sabtu, 11 Agustus 2018 di Jakarta telah menetapkan Hari Raya Idul Adha jatuh pada hari ini, Rabu (22/8/2018).
Sementara, pemerintah Arab Saudi memutuskan Idul Adha 1439 H, jatuh pada Selasa 21 Agustus kemarin. Tidak sedikit kemudian beberapa pihak menanyakan perbedaan tersebut.
Advertisement
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin beberapa waktu lalu telah menegaskan, untuk ibadah terutama salat dan puasa Idul Adha merujuk pada waktu lokal.
"Sehingga perbedaan waktu, jam termasuk hari, kita mengikuti wilayah di mana kita berada," ujar Lukman di Kantor Daker Makkah Al Mabrur, seperti dikutip dari laman www.kemenag.go.id.
Senada dengan Lukman, anggota Amirul Hajj yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Informasi dan Komunikasi KH Ahmad Baedlowi menyatakan, Saudi dan Indonesia sebenarnya menggunakan sistem yang sama yakni rukyatul hilal.
"Hanya saja untuk posisi hilal di Saudi sudah di atas 2 derajat sehingga memungkinkan terlihat. Sementara, di Indonesia di bawah 0 derajat, tidak mungkin terlihat," ucap Baedlowi.
Dia mengatakah, wilayatul hukmi Indonesia mencakup anggota MABIMS yakni Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
"Tidak bisa kemudian kita mengikuti konsep rukyatul hilal global karena masing-masing wilayah ada mathla' (tempat terbitnya hilal) nya sendiri," kata Baedlowi.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Wajar Saja Terjadi
Sementara itu Naib Amirul Hajj, KH Yahya Cholil Staquf juga mengatakan, perbedaan hari raya Idul Adha antara Saudi dan Indonesia adalah sesuatu yang wajar.
"Itu murni karena fenomena alam saat dilakukan rukyatul hilal, di mana Saudi bisa melihat hilal, sementara Indonesia tidak bisa," tuturnya.
"Perbedaan yang terjadi itu alami dan tidak usah dipaksakan sama antara Saudi dan Indonesia," sambung Yahya.
Yahya menegaskan, jika berpegang pada waktu terbitnya hilal, maka beda penentuan memang wajar.
Advertisement