Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menilai nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat ini sudah begitu besar.
Akan tetapi, menurut Darmin Nasutionpelemahan rupiah bisa teratasi apabila kondisi ekonomi global berangsur baik.
"Tapi posisi sekarang sebetulnya adalah posisi pelemahan rupiah itu sudah agak terlalu besar. Ini kalau tidak ada hal-hal di luar terjadi ini arahnya akan mengarah sedikit menguat. Enggak banyak tapi akan menguat," kata Darmin saat ditemui di Jakarta, Rabu (22/8/2018).
Baca Juga
Advertisement
Oleh karena itu, kondisi eksternal perlu diwaspadai seperti pada dampak dari perekonomian global. Sebab, ke depan tekanan-tekanan dari bank sentral luar negeri tidak dapat dirediksi.
"Karena di Amerika sendiri normalisasi kebijakan moneternya masih terjadi, sampai dengan, mungkin sampai tahun depan dia masih akan belum selesai," kata dia.
"Kalau dua minggu lalu ada Turki, minggu depan enggak tahu apa, kita bisa kena lagi, ya memang begitu," sambung Darmin.
Kendati demikian, Darmin menekankan kondisi ini jangan dianggap sebagai bencana besar. Dia menuturkan, persoalan gejolak ekonomi global memang terus terjadi dan selalu berubah-berubah.
"Artinya begini, sebenernya pergerakan ini sudah lebih besar dari yang seharusnya. Dia akan mencari posisinya kembali. Walaupun selalu bisa diinterupsi oleh situasi yang kita tidak tahu apa," ujar dia.
"Selalu ada tekanan untuk membuat rupiah melemah, tapi di pihak lain ada tekanan untuk membuat rupiah menguat, terutama yang kita buat dari dalam negeri," tambah Darmin.
Diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) bergerak fluktuatif di perdagangan kemarin, Selasa 21 Agustus 2018. Rupiah dibuka di level Rp 14,563 per USD, menguat tipis dibanding penutupan kemarin di level Rp 14.588 per USD.
Mengutip data Bloomberg, rupiah kemudian bergerak melemah usai pembukaan hingga ke level Rp 14.570 per USD. Saat ini, rupiah masih melemah di level Rp 14.574 per USD.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Defisit Transaksi Berjalan Persulit Penguatan Rupiah
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) mulai menunjukkan penguatan setelah sebelumnya bertahan di level 14.600 per dolar AS. Pagi pagi ini, rupiah dibuka di level 14,583 per dolar AS, menguat tipis dibanding penutupan kemarin di level 14.593 per dolar AS.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsyah mengatakan, sangat sulit untuk membalikkan tren rupiah yang melemah terhadap dolar AS.
Alasannya, saat ini Indonesia masih terkungkung oleh defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD). Selain itu, secara global saat ini dolar AS tengah menguat di hampir semua nilai tukar mata uang banyak negara di dunia.
"Makanya gini, kami melihatnya tidak semua negara bisa membalik dolar AS. Semua melemah," kata Nanang di Gedung BI, Senin 20 Agustus 2018.
Dia mengungkapkan, saat ini rupiah sudah melemah 7 persen terhadap dolar AS. Mata uang negara lain pun mengalami hal yang sama dengan besaran pelemahan yang berbeda-beda.
"Untuk rupiah misalnya sudah melemah 7 persen, India 9 persen, dan ada negara lain yang sampai 20 persen," ujarnya.
BI akan selalu melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Intervensi juga dilakukan untuk menghindari pelemahan rupiah merosot tajam. Sebab jika rupiah merosot secara tajam dipastikan akan membuat panik semua pihak.
"Kalaupun melemah, melemahnya secara gradual. Jangan melonjak tajam dan orang panik. Kami harapkan gradual saja (pelemahannya) yang penting cadangan devisa aman." tutur dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement