Facebook dan Twitter Kompak Hapus Akun Palsu yang Terhubung ke Iran dan Rusia

Facebook dan Twitter mengumumkan penghapusan laman, grup dan akun yang terhubung ke Rusia dan Iran.

oleh Afra Augesti diperbarui 23 Agu 2018, 08:01 WIB
Ilustrasi Media Sosial (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Facebook telah menghapus 652 akun, grup, dan laman palsu yang diklaim terkait dengan Rusia dan Iran. Alasannya, akun-akun tersebut dianggap menyebarkan berperilaku yang tak berdasarkan fakta secara terkoordinasi atau coordinated inauthentic behaviour.

Akun-akun tersebut diduga sebagai bagian dari trik dua negara tersebut untuk mempengaruhi politik di Amerika Serikat, Inggris, Timur Tengah dan Amerika Latin.

Seluruh akun dan laman yang dihapus tersebut terbagi dalam empat kampanye, yang tiga di antaranya diduga dilancarkan dari Iran, demikian seperti diungkapkan oleh raksasa jejaring sosial itu pada hari ini.

"Masalah keamanan bukanlah sesuatu yang bisa dipecahkan secara keseluruhan. Untuk itu, kami harus konsisten untuk menjaganya," kata CEO Facebook, Mark Zuckerberg, seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (22/8/2018).

Kampanye pertama dilaporkan melibatkan jaringan laman Facebook dan akun di platform lain dengan nama "Liberty Front Press". Pengelola dan anggotanya memposisikan diri sebagai pihak yang independen, tetapi mereka kemudian diketahui memiliki hubungan dengan media pemerintah Iran.

Sebanyak 74 laman, 70 akun dan tiga grup di Facebook, termasuk 76 akun Instagram --beberapa di antaranya dibuat pada tahun 2013-- memposting konten politik yang berfokus di Timur Tengah, Inggris, Amerika Serikat dan Amerika Latin.

Laman-laman palsu tersebut memiliki sekitar 155.000 pengikut. Grup serupa bahkan disebut telah menghabiskan lebih dari US$ 6.000 untuk memasang iklan di Facebook dan Instagram, yang terakhir aktif pada Agustus 2018.

Perusahaan keamanan siber FireEye, yang pertama kali mengidentifikasi kampanye terselubung itu, mengatakan bahwa maksud di balik pembuatan akun-akun palsu itu adalah untuk mempromosikan kepentingan politik Iran, kampanye anti-Saudi, anti-Israel, pro-Palestina, anti-Trump,serta mempromosikan dukungan untuk kebijakan AS yang menguntungkan Iran, seperti kesepakatan nuklir AS-Iran.

FireEye mencatat, aktivitas itu tampaknya tidak dirancang khusus untuk mempengaruhi pemilu paruh pertama di AS, karena kontennya melampaui audiens dan politik di negara adidaya tersebut.

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


'Simpanan' Dinas Intelijen Militer Rusia

Ilustrasi Facebook (iStockPhoto)

Sementara itu, kampanye kedua  melibatkan 12 laman, 66 akun di Facebook, juga 9 akun di Instagram. "Pengguna-pengguna fiktif" tersebut menjadi wadah untuk menyebarkan berita hoax dan terlibat dalam serangan siber, termasuk upaya peretasan dan menyebarkan malware.

Kampanye ketiga melibatkan 168 halaman dan 140 akun di Facebook, serta 31 akun di Instagram. Mereka secara kolektif menyelenggarakan 25 event dan sekitar 813.000 pengguna Facebook mengikuti setidaknya satu dari beberapa laman.

Facebook mengatakan, kampanye itu membagikan konten tentang politik Timur Tengah dalam bahasa Arab dan Farsi --bahasa Persia, tetapi juga berbagi konten tentang politik di Inggris dan AS.

Kumpulan akun ini menghabiskan lebih dari US$ 6.000 untuk iklan berbayar dalam dolar AS, lira Turki, dan rupee India antara Juli 2012 dan April 2018.

Sedangkan untuk kampanye keempat, Facebook menjelaskan adanya sejumlah laman, grup dan akun yang terkait dengan dinas intelijen militer Rusia, yang tidak terkait dengan kampanye Iran. Akun-akun itu digerakkan oleh beberapa "dalang" yang akun pribadinya telah dinonaktifkan Facebook sebelum Pilpres AS tahun 2016.

"Fokus kegiatan mereka yakni menyebarkan pesan pro-Rusia yang berkaitan dengan Suriah dan Ukraina. Sampai saat ini, kami belum menemukan aktivitas dari akun-akun ini yang menargetkan Amerika Serikat," kata kepala kebijakan keamanan siber Facebook, Nathaniel Gleicher.

Di satu sisi, Facebook belum memberikan informasi lebih lanjut mengenai konten yang disetir oleh Iran dan Rusia.

Namun, pihak Facebook menyampaikan bahwa pihaknya telah menyampaikan temuan tersebut kepada pemerintah AS dan Inggris.

"Investigasi sedang berlangsung. Dengan alasan sensitivitas, kami tidak membagikan informasi lebih lanjut tentang apa yang telah kami hapus," ucap Gleicher.

Media sosial lain, Twitter, juga menghapus lebih dari 280 akun palsu, termasuk akun-akun yang berasal dari Iran, demikian menurut pernyataan perusahaan media sosial itu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya