Liputan6.com, Jakarta - Sebuah survei online yang dilakukan di kota-kota besar di Amerika Serikat (AS) menunjukkan ada relasi antara gaji dan genre musik favorit seseorang. Pecinta musik klasik mendapatkan sorotan di sini.
Dilansir Moneyish, para milenial penggemar musik klasik tercatat memiliki standar keuangan lebih tinggi. Para penggemar musik klasik memiliki rata-rata penghasilan lebih dari USD 114 ribu per tahun atau Rp 1,6 miliar (USD 1 = 14.631).
Advertisement
Untuk yang terendah secara penghasilan dipegang oleh penggemar musik country. Gaji mereka tercatat USD 58 ribu (Rp 848 juta). Sekadar catatan, menurut USA Today, rata-rata pendapatan orang Amerika Serikat pada 2016 adalah USD 34 ribu (Rp 510 juta).
Berikut daftar genre musik dan gaji rata-rata pendengarnya:
1. Klasik - USD 114 ribu (Rp 1,6 miliar)
2. Elektronik - USD 92 ribu (Rp 1,3 miliar)
3. Rap /Hip-hop - USD 69 ribu (Rp 1 miliar)
4. Hard rock - USD 65 ribu (Rp 951 juta)
5. Pop/Top 40 - USD 61 ribu (Rp 892 juta)
6. Country - USD 58 ribu (Rp 848 juta)
Dari segi keamanan finansial, para pencinta musik klasik berada di posisi atas. Tingkat kepuasan mereka mencapai 74 persen, diikuti genre elektronik (59 persen), lalu genre 80s/90s (40 persen), pop (38 persen). Country kembali di posisi terbawah, yakni 34 persen.
Menurut Christine Russell, manajer senior dari pensiunan dan anuitas di TD Ameritrade, hubungan antara musik klasik dan gaji karena orang-orang yang mendengarkan genre tersebut berasal dari lingkungan urban (perkotaan) dengan penghasilan lebih tinggi.
Banyak penggemar genre musik klasik juga bermain instrumen, dan menunjukkan komitmen serta ambisi. Dua hal itu, menurut dia, dapat menjelaskan mengapa pencinta musik klasik memiliki pendapatan dan keamanan finansial lebih tinggi.
Di sisi lain, musik country seringnya berasal dari daerah rural (perkampungan). Pesan di balik musik juga berpengaruh, karena musik country selalu berkisah tentang hidup sederhana.
Studi: Pegawai Bisa Kerja Lebih Keras Kalau Tahu Jumlah Gaji Bos
Berbicara tentang jumlah gaji di kalangan pegawai hingga saat ini masih terasa tabu untuk dilakukan. Beberapa perusahaan bahkan secara aktif melarang para pegawai untuk saling membicarakan gaji masing-masing.
Itu lantaran, banyak pegawai yang menjadi malas bekerja setelah tahu rekannya mendapatkan gaji lebih tinggi darinya. Namun ternyata berbeda dampaknya, jika para pegawai mengetahui gaji bosnya.
Melansir laman Inc.com, berdasarkan studi yang digelar Harvard Business School, saat mengetahui gaji atasan jauh lebih tinggi dari apa yang mereka kira, para pegawai lantas bekerja jauh lebih keras.
Bahkan studi tersebut menunjukkan, banyak pegawai yang rela bekerja lembur, memicu angka penjualan lebih tinggi dan meningkatkan produktivitas pegawai. Saat menyadari angka yang dihasilkan bos di kantor, semakin keras mereka bekerja.
"Pegawai ternyata cenderung lebih termotivasi daripada merasa enggan bekerja setelah mengetahui gaji bosnya. Semakin tinggi gaji bos maka semakin menginspirasi," tutur salah satu peneliti dalam studi tersebut.
Para pegawai memiliki tujuan yang lebih kuat saat bekerja. Mereka bermimpi lebih besar agar bisa dipromosikan dan mungkin suatu saat bisa meraih jumlah gaji yang setara dengan bosnya sekarang.
Sangat berbeda halnya dengan membandingkan gaji antar pegawai. Itu justru dapat memicu persoalan di tempat kerja, apalagi jika pegawai juga membandingkan proses dan hasil proses kerjanya dengan rekan lain.
"Saat gaji rekan kerja lebih tinggi itu justru dapat menurunkan upaya, hasil kerja. Sebaliknya, gaji manajer yang jauh lebih tinggi daat memiliki dampak positif bahkan pada mereka yang memegang jabatan serupa," tandasnya.
Advertisement