Asian Games 2018: Bahasa Isyarat Jadi Andalan Tukang Becak di Jakabaring

Tak ketinggalan, becak dihiasi stiker dan poster Asian Games 2018.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Agu 2018, 09:20 WIB
Para tukang becak Asian Games 2018 siap mengantar atlet Asian Games 2018 menuju ke depan gerbang Jakabaring Sport City (JSC) Palembang. (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Jakarta Moda transportasi pendukung Asian Games 2018 di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), tidak hanya kendaraan canggih saja. Puluhan becak juga diberdayakan sebagai alternatif kendaraan di seputaran Jakabaring Sport City (JSC) Palembang.

Para tukang becak setiap hari, sejak 18 Agustus 2018 lalu, sudah mangkal di kawasan Dekranasda Jakabaring, Palembang. Becak mereka pun dihiasi stiker dan poster Asian Games 2018 yang didominasi dengan warna putih. Biasanya para tukang becak sudah mulai menunggu di pangkalan dari pukul 07.00 - 16.00 WIB.

Menjadi moda transportasi alternatif di seputaran kawasan JSC Palembang ternyata tidak cukup sulit bagi mereka. Namun, para tukang becak terkendala masalah bahasa dengan para atlet asing yang akan menumpangi becaknya.

Susilo (36), tukang becak Asian Games 2018 ini, terpaksa sering menggunakan bahasa tubuh jika berkomunikasi dengan atlet asing.

“Saya tidak mengerti bahasa Inggris, jadi cuma pakai tangan saja isyaratnya. Paling mereka minta antar ke depan JSC Palembang,” katanya kepada Liputan6.com, Kamis (23/8/2018).

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.


Perlakuan Berbeda

Logo Asian Games 2018 dipasang di setiap badan angkutan becak selama even internasional ini berlangsung di Jakabaring Sport City (JSC) Palembang. (Liputan6.com / Nefri Inge)

Dalam satu hari ini, dia sudah membawa lima atlet dari rute Dekranasda Palembang menuju ke depan JSC Palembang. Namun, mereka hanya melayani atlet maupun official dan awak media yang mempunyai ID Asian Games 2018 resmi saja.

Qosri (40), warga Kelurahan 8 Ulu, Palembang, salah satu yang mendapat kesempatan untuk menjadi pengantar atlet Asian Games 2018. Dia merasakan perlakuan berbeda dibandingkan saat berkontribusi dalam ajang SEA Games 2011 lalu.

“Kalau SEA Games lalu, kami mangkal di dalam JSC Palembang, jadi bisa benar-benar melayani para atlet. Sekarang hanya di luar kawasan Asian Games, jadi agak sepi,” katanya.


Honor

Sepeda motor masih banyak ditemukan di dalam Jakabaring Sport City (Liputan6.com/Nefri Inge)

Perbedaan lainnya, yaitu honor yang mereka terima. Di Asian Games 2018 ini, mereka hanya menerima upah Rp 200 ribu per hari. Sementara di SEA Games, mereka bisa mengantongi Rp 250 ribu per hari.

Namun di Asian Games ini, mereka hanya dapat jatah satu hari untuk menjadi kendaraan Asian Games. Keesokan harinya, harus bergantian dengan tukang becak lainnya.

“Ada 700 tukang becak di Palembang, tapi yang diajak hanya 50 orang saja. Jadi kami dapat jatah satu hari saja per orang. Becak Asian Games ini standby di beberapa lokasi, salah satunya di mal besar,” ujarnya.


Bantu Pemasukan

Menurut Usman (60), tukang becak Asian Games, dia sangat senang diajak berkontribusi dalam ajang besar di Palembang. Apalagi honornya sangat membantu menambah pemasukan.

“Kalau narik becak hari-hari, pendapatannya tidak tentu. Paling besar Rp 80 ribu, itu juga dipotong makan. Kalau sekarang kami dapat uang tambahan,” katanya. (Nefri Inge)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya