Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) merilis kinerja keuangan semester I 2018. Perseroan mencatatkan penurunan laba bersih selama enam bulan pertama 2018.
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti ditulis Jumat (24/8/2018), laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 12,14 persen dari USD 222,39 juta pada semester I 2017 menjadi USD 195,38 juta pada semester I 2018.
Sementara itu, pendapatan usaha naik 3,93 persen menjadi USD 1,61 miliar pada semester I 2018 dari periode sama tahun sebelumnya USD 1,54 miliar.
Baca Juga
Advertisement
Pendapatan perseroan naik meski volume penjualan turun enam persen. Hal itu didorong kenaikan harga jual rata-rata sebesar sembilan persen akibat tingginya harga global coal Newcastle.
Divisi pertambangan batu bara menyumbangkan 92 persen pendapatan usaha perseroan. Sisanya diperoleh dari bisnis non batu bara.
Beban pokok pendapatan perseroan naik 10 persen menjadi USD 1,11 miliar pada semester I 2018. Hal itu disebabkan kenaikan biaya penambangan akibat kenaikan nisbah kupas maupun biaya bahan bakar minyak. Selain itu, kenaikan pembayaran royalti kepada pemerintah Indonesia seiring kenaikan harga jual rata-rata.
Perseroan mengelola risiko fluktuasi bahan bakar dengan lindung nilai untuk sebagian besar kebutuhan bahan bakar minyak. Pada semester I 2018, perseroan melakukan lindung nilai terhadap sekitar 20 persen kebutuhan bahan bakarnya.
Sedangkan untuk royalti, perseroan membayarkan royalti kepada pemerintah Indonesia naik lima persen menjadi USD 169 juta.
Laba bruto merosot 7,6 persen menjadi USD 492 juta sepanjang enam bulan pertama 2018 dari periode sama tahun sebelumnya USD 532,66 juta.
Selain itu, laba usaha turun 12,36 persen dari USD 446,68 juta pada semester I 2017 menjadi USD 391,44 juta.
Aset naik tiga persen menjadi USD 6,78 miliar pada semester I 2018 dari periode sama tahun sebelumnya USD 6,56 miliar.
Total kewajiban susut dua persen dari USD 2,67 miliar pada semester I 2017 menjadi USD 2,61 miliar pada semester I 2018. Kas perseroan turun 14 persen dari USD 1,23 miliar pada semester I 2017 menjadi USD 1,05 miliar pada semester I 2018.
"Kinerja semester I 2018 mencerminkan fokus kami terhadap keunggulan dan efisiensi operasional di tengah pasar batu bara yang kondusif," ujar Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk, Garibaldi Thohir.
Ia menambahkan, posisi keuangan yang kuat menyediakan keleluasaan untuk hadapi pasar batu bara yang dinamis. Selain itu memungkinkan perusahaan untuk melaksanakan strategi pertumbuhan jangka panjang.
"Kami tetap optimistis terhadap fundamental pasar batu bara di jangka panjang dan tetap fokus pada penciptaan nilai yang berkelanjutan," tutur dia.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini
Total Produksi
Sepanjang semester I 2018, perseroan membukukan produksi batu bara mencapai 24,06 metrik ton (mt) atau turun empat persen dari periode sama tahun lalu. Hal ini seiring hujan lebat yang pengaruhi kegiatan operasional selama kuartal I 2018.
Walaupun produksi pada awal tahun rendah, perseroan meningkatkan produksi batu bara hingga 20 persen pada kuartal II 2018 dibandingkan kuartal I 2018. Ini mendapat dukungan kondisi cuaca yang baik.
Volume penjualan batu bara mencapai 23,80 metrik ton atau turun enam perseron pada semester I 2018.
Perseroan tetap pertahankan produksi tahun 2018 pada kisaran 54-56 metrik ton. Diperkirakan produksi batu bara serta volume penjualan akan meningkat pada semester II 2018.
Perseroan dan EMR Capital Ltd juga sudah rampungkan akuisisi terhadap kepemilikan Rio Tinto atas kestrel coal mine yang meliputi 80 persen.
Akuisisi ini merupakan bagian dari ekspansi strategis perseroan untuk portofolio batu bara metalurgi dan menandai operasi perdana untuk kegiatan tambang batu bara di luar Indonesia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement