4 Perjuangan Mengharukan Atlet Indonesia di Asian Games

Para atlet itu memiliki semangat berjuang yang tinggi. Segala cara mereka lakukan demi mengharumkan nama bangsa dalam ajang Asian Games ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Agu 2018, 07:55 WIB
Atlet paralayang Indonesia, Jafro Megawanto bersama pelatih berselebrasi seusai babak nomor ketepatan mendarat pria cabang Paralayang Asian Games 2018 di Gunung Mas, Puncak, Jawa Barat, Kamis (23/8). Jafro sukses meraih emas. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia berhasil mengumpulkan banyak medali emas, perak, dan perunggu pada Asian Games 2018 dari berbagai cabang olahraga. Masing-masing atlet sudah mengeluarkan kemampuan terbaik mereka untuk mendapat posisi pertama setiap pertandingan.

Segala tenaga mereka kerahkan demi mencapai hasil maksimal dan mengharumkan nama bangsa di Asian Games ini.

Bahkan tak segan para atlet itu berkorban demi bisa mengikuti Asian Games kali ini.

Mulai dari ikut lomba dengan biaya sendiri hingga cedera di akhir pertandingan, inilah beberapa perjuangan atlet-atlet demi mengharumkan nama Indonesia.

 

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini


1. Pakai Biaya Sendiri

Atlet menembak Indonesia yang turun di Asian Games, Maharani Ardi. (Bola.com/Riskha Prasetya)

Petembak position 50 asal Sumatera Selatan, Maharani Ardi, harus merogeh kocek pribadi hingga puluhan juta rupiah demi mengikuti Asian Games 2018. Peraih medali emas SEA Games 2011 tersebut masuk kontingen menembak Indonesia di menit-menit akhir.

Menurutnya, sejak masa persiapan hingga akhirnya masuk ke wisma atlet JSC, semua atlet yang masuk belakangan harus mengeluarkan biaya pribadi.

Bersama 19 petembak lainnya yang juga harus membayar sendiri, fasilitas yang didapatkannya sungguh jauh berbeda dengan 10 atlet menembak lain yang mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Bahkan, peluru saat pertandingan harus ia siapkan sendiri.

Awalnya biaya di wisma atlet juga mesti ditanggung pribadi, tapi akhirnya ada bantuan dan dibebaskan

"Ini ajang empat tahun sekali dan sekarang Indonesia tuan rumah, mungkin belum tentu 50 tahun lagi kita dipilih lagi. Jadi demi Merah Putih apa saja akan saya lakukan," ujarnya.


2. Sempat Jadi Pelipat Parasut

Atlet paralayang Indonesia, Jafro Megawanto bersama Kasau Marsekal TNI Yuyu Sutisna usai upacara pemberian medali emas pada nomor ketepatan mendarat pria Asian Games 2018 di Gunung Mas, Puncak, Jawa Barat, Kamis (23/8). (Merdeka.com/Arie Basuki)

Atlet paralayang Jafro Megawanto berhasil menambah perolehan medali emas dengan memenangi nomor ketepatan mendarat individu di kawasan Gunung Mas, Puncak, Jawa Barat.

Jafro sebelumnya juga menjadi bagian dari tim paralayang Indonesia yang menyabet medali emas nomor ketepatan mendarat beregu.

Raihan tersebut tampaknya memacu motivasi Jafro saat bertanding di nomor perorangan. Dia berhasil menempati urutan teratas setelah 10 round. Paralayang tercatat telah menyumbang dua medali emas dan satu perak di Asian Games 2018.

Presiden Joko Widodo bahkan mengetahui riwayat Jafro sebelum menjadi atlet paralayang seperti sekarang. "Dulu Jafro Megawanto bertugas melipat parasut para atlet paralayang yang berlatih dekat rumahnya. Hari ini, Jafro meraih medali emas paralayang Asian Games 2018 di nomor ketepatan mendarat perorangan," tulis Jokowi di akun Twitter-nya.

"Selamat Jafro untuk emas ketujuh bagi Indonesia" tulis Jokowi lagi.


3. Latihan Sejak Usia Belia

Lifter putra andalan Indonesia Eko Yuli Irawan (61,83) berhasil memberikan medali emas yang kelima untuk kontingen Indonesia usai turun di partai final putra kelas 62 kg grup A di Hall A3 Jiexpo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (21/8)

Lifter Indonesia Eko Yuli Irawan menyumbang emas kelima dari cabang olahraga angkat besi. Inilah medali emas pertama dari cabang angkat besi yang berhasil diperoleh. Pada Asian Games 2018, Eko mencatat total angkatan 311 kg. Total angkatan tersebut jauh dari peraih medali perak asal Vietnam, Trinh Van Vinh (299 kg).

Eko Yuli Irawan mengawali perjalanan di jalur angkat besi sejak usia 12 tahun di Metro, Lampung. "Saat itu, saya diajak teman-teman menonton latihan angkat besi. Setelah itu, saya mulai coba-coba ikut latihan. Lama-lama terbiasa, rupanya, saya terbiasa main angkat besi," kata Eko Yuli.

Lucunya, baru berlatih sehari, Eko tidak datang pada hari berikutnya. "Angkat besi seperti fitness, badan jadi pegal-pegal. Sebenarnya mereka bukan mengajak latihan, hanya mengajak main. Kemudian di sana kami mencoba latihan," katanya.

Eko, yang bukan berasal dari keluarga atlet, menjalani latihan dengan sabar, kerja keras, dan doa. Serta dukungan orang terdekat merupakan kunci keberhasilannya saat ini.


4. Kram Kaki Serius Saat Bertanding

Anthony Ginting dan Shi Yuqi (Foto: brilio.net)

Pebulu tangkis Anthony Ginting tiba-tiba mengalami cedera serius di final beregu putra Asian Games 2018 antara Indonesia kontra Tiongkok di Istora Senayan, Minggu 22 Agustus 2018. Anthoni mengalami cedera di set ketiga, yang merupakan set penentuan, melawan pebulu tangkis Tiongkok, Shi Yuqi. Anthoni sempat beberapa kali berhenti bermain karena kesakitan.

Karena cedera yang serius, Anthony tidak bisa bergerak bebas dan tidak dapat mengejar angka. Kemudian ia meminta waktu untuk mendapat perawatan. Namun, wasit tidak memberikan dan memberinya kartu merah.

Anthony sebelumnya sudah mendapat kartu kuning karena dianggap membuang waktu. Usai laga, Anthony langsung ditandu keluar lapangan.

Reporter : Fellyanda Suci Agiesta

Sumber: Merdeka.com

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya