Liputan6.com, Jakarta - Katering menjadi salah satu bagian yang terpenting dalam haji. Selain tentunya pelaksanaan ibadah haji, maka katering adalah penunjang terpenting bagi jemaah Indonesia.
Saat layanan ketering haji berlangsung lancar, kerja keras, aksi cermat, dan monitor intensif, maka jemaah juga akan merasa senang menjalankan ibadah haji. Tapi bila pasokan pangan tersumbat, semua jadi terbelalak. Memang betapa sensitifnya urusan hajat dasar ini.
Advertisement
Seperti dilansir dari laman www.kemenag.go.id, Jumat (23/8/2018), pada musim haji akhir 2006, suplai katering jemaah haji Indonesia ke Arafah mampet. Perasaan jemaah bercampur antara berusaha pasrah menjalani puncak ibadah atau melepas emosi akibat lapar.
Hingga akhirnya, katering termasuk 10 inovasi layanan haji 2018 yang disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin kepada DPR dalam Rapat Kerja di Mahbas Jin, Makkah, 17 Agustus 2018 lalu.
Selama di Makkah, jemaah haji diberi makan sehari dua kali selama 20 hari. Total 40 kali makan siang dan malam. Di kota kelahiran Nabi itu, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia melayani 8,13 juta kotak makanan untuk 203,3 ribuan jemaah reguler. Tahun lalu, jemaah haji di Makkah hanya diberi 25 kali makan.
Belum lagi ditambah paket kelengkapan makanan yang dikemas dalam kotak plastik berisi teh, gula, kopi, sambal dan kecap botol, sendok, serta gelas. Ada juga snack pagi yang diberikan bersama paket makan malam.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
15 Juta Kotak Nasi
Di Makkah, 36 perusahaan katering digandeng. Mereka diikat kontrak dengan syarat dan pengawasan ketat. Menu katering ditentukan, isinya nasi, lauk, sayuran, buah, dan sebotol air mineral.
Setiap hari, menu makan siang dan malam berbeda. Jenis lauk, sayuran, dan buah dibuat variasi. Lauknya mulai daging sapi lada hitam, ikan patin pesmol, ayam kecap cabai hijau, daging teriyaki, sampai bistik daging sapi.
Begitu pula buahnya, ada jeruk, apel, dan kurma. Sayurannya, dari tumis buncis, wortel, tempe cabai ijo, sampai terong balado. Semua menu nusantara. Cita rasanya memang dibikin makin nikmat di lidah Indonesia.
Dalam kontrak, juru masak dan bumbu harus didatangkan dari Indonesia. Juru masak ditraining dan disertifikasi oleh ahli tata boga dari kampus pariwisata Bandung dan ahli gizi dari Rumah Sakit Haji Jakarta. Direkrut pula 142 pengawas katering di Makkah untuk memastikan kontrak dipatuhi.
Inovasi katering di Makkah tidak mengurangi layanan katering di Madinah, Jeddah, dan Arafah-Muzdalifah-Mina (Armuzna) yang sudah jalan lama. Di Madinah, tetap disediakan 18 kali makan, selama 9 hari, plus sarapan snack. Semua itu disediakan oleh 15 perusahaan katering dan dipantau 42 pengawas.
Di Jeddah, jamaah diberi 1 kali makan dari dua perusahaan katering. Dimonitor 10 pengawas. Di Armuzna, tersedia 16 kali makan, 3 kali sehari. Katering Armuzna dipasok 19 perusahaan, untuk 26 maktab, dan 44 maktab sisanya, diurus Muassasah.
Ringkasnya, setiap jemaah disediakan 75 kali makan selama 34 hari. Untuk 203.351 orang, PPIH menyediakan 15.251.325 kotak nasi. Bisa jadi, inilah hajatan penyediaan katering terbesar di dunia dalam durasi waktu paling lama.
Jemaah menyediakan makan sendiri hanya selama lima hari, yaitu tiga hari menjelang wukuf dan dua hari setelah Armuzna. Pada hari-hari itu, beberapa pemondokan menerima paket makanan gratis dari para dermawan yang mengirim makanan dengan mobil-mobil box. Layanan katering di Saudi sudah 90 persen dari masa tinggal jemaah.
"Jemaah haji tak perlu lagi membawa bekal makanan terlalu banyak selama di Tanah Suci. Sebab peningkatan layanan katering tahun ini sangat signifikan," ujar Kasubdit Katering Haji Direktorat Pelayanan Haji Luar Negeri Kemenag Abdullah Yunus.
Advertisement
Jemaah Haji Puas
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memberi atensi khusus layanan katering. Sebelum jemaah berangkat, dimulai 17 Juli 2018, Lukman terbang dulu ke Madinah guna mengecek dapur di kota pertama penerima jemaah Indonesia gelombang I pada 9 Juni 2018.
Hasilnya, jemaah dari berbagai pemondokan, kloter, dan sektor yang ditemui di masjid, bus salawat atau sekitar Masjidil Haram, menyampaikan rasa puas atas layanan katering.
"Makanannya sedap. Cuma kurang pedas dikit. Tapi okelah," ucap haji asal Batam.
"Lauknya banyak. Kenyang. Ada yang tak suka ikan. Ada yang garam dan pedasnya kurang pas. Tapi secara umum bagus. Tidak mungkin memuaskan setiap orang," kata Aflah, haji asal Kudus.
Rohman, haji asal Lampung yang ditemui di sebuah masjid di Syisyah mengaku, saking puasnya ia tak sabar ingin segera mengisi kuisioner BPS yang mengukur indeks kepuasaan jemaah.
"Katanya ada survey BPS. Mana? Saya mau isi. Semua layanan okey. Cerita dulu ada makanan tak enak, nasi keras, makanan basi, sekarang tak ada lagi. Pemondokan, katering, dan pengecekan kesehatan, bagus semua," tutur Rohman.
"Alhamdulillah, saat katering dihentikan menjelang wukuf, banyak mobil box ke hotel memberi paket makanan gratis," sambung dia.