25-8-1958: Kisah Menarik di Balik Kelahiran Mi Instan Pertama di Dunia

Mi instan di dunia lahir di tengah kondisi suram pasca-perang di Jepang. Kala kota-kota hancur dan penduduknya tak cukup makan.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 25 Agu 2018, 06:00 WIB
Momofuku Ando (tengah), penemu ramen instan (KAZUHIRO NOGI/AFP)

Liputan6.com, Osaka - Mi instan hadir dari sebuah penderitaan. Sehari setelah Jepang keluar sebagai pihak yang kalah dalam Perang Dunia II, Momofuku Ando berjalan kaki menyusuri jalan di kampung halamannya di Osaka. 

Suasana suram kala itu, pekat dengan aroma kekalahan dan ketidakpastian akan masa depan. Meski lebih beruntung dari Hiroshima dan Nagasaki yang remuk akibat dijatuhi bom atom, Osaka hancur lebur akibat pertempuran selama bertahun-tahun.

Bombardir dari udara mengancurkan pabrik dan dua kantor yang didirikan Ando. Nasibnya pun berubah, dari pengusaha jadi penggangguran yang mencari kerja.

Langkahnya terhenti di belakang stasiun. Pria itu menyaksikan orang-orang berkerumun di sebuah reruntuhan. Antrean panjang mengular di luar kios ramen yang didirikan dalam kondisi darurat, dengan sabar menanti sesuatu untuk dimakan.

"Orang-orang bersedia bersusah payah demi semangkuk ramen, kenapa?" pertanyaan itu terbesit di pikiran Ando, demikian seperti dikutip dari Gizmodo, Jumat (24/8/2018).

Ternyata, bagi warga Jepang kala itu, semangkuk ramen kuah yang disajikan panas tak hanya bermanfaat mengisi perut mereka. Hidangan itu juga memberikan kenyamanan, menjadi comfort food.

Inilah Alasan orang-orang sangat menggandrungi mi instan

Kekurangan pangan terus melanda Jepang selama bertahun-tahun pasca-Perang Dunia II. Ando menyimpulkan, kelaparan adalah masalah yang paling krusial pada saat itu. "Kedamaian akan datang di seluruh dunia jika semua orang cukup makan," itu yang ia yakini.

Ando ingin membantu agar warga Jepang bisa makan. Lebih jauh lagi, pria yang lahir di Taiwan itu ingin mengakhiri kelaparan di dunia.

Namun, niatnya itu tak lantas terwujud. Pasca-perang, bisnis Ando bangkit. Ia bahkan jadi pemimpin sebuah bank.

Tapi, ketika banknya kolaps pada 1957 dan ia kehilangan pekerjaan, pria yang lahir pada 1910 itu kembali pada cita-cita lamanya.

Ando memulai dengan menyusun kriteria makanan 'sempurna' pasca-perang, yakni: enak, tak mudah busuk atau basi, siap disajikan dalam waktu tiga menit, ekonomis, serta aman dan sehat.

Ando terkenang apa yang ia saksikan pada masa lalu, antrean panjang di kios ramen yang luar biasa. Ia pun kemudian bereksperimen untuk membuat mi kuah yang bisa diproduksi secara massal.

Belajar dari Kegagalan

Mi instan ternyata punya jasa selamatkan orang banyak, inilah beberapa diantaranya.

Selama setahun ia mencoba mengawetkan mi ramen. Tapi gagal. Tekstur mi yang dikeringkan tak pas. Namun, suatu hari, ia memasukkan sejumlah mi ke dalam minyak panas yang digunakan sang istri untuk menggoreng tempura.

Saat itulah, Ando menemukan momentum 'eureka'. Ia akhirnya tahu, dengan menggorengnya, mi tak hanya menjadi kering tapi juga menciptakan semacam pori-pori kecil yang membuatnya bisa matang dalam waktu lebih cepat.

Mi instan pun kemudian lahir.

Dan, pada usia 48 tahun, Momofuku Ando memulai kariernya yang ketiga dan terakhir: sebagai Mr. Noodle, bos perusahaan mi.

"Akhirnya aku memahami, semua kegagalan dan rasa malu yang kumiliki, menjadi otot tambahan dalam tubuhku," kata dia.

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

 

Saksikan video menarik terkait mi instan di bawah ini: 


Mi Instan untuk Astronot

Mi instan pertama di dunia Chikin Ramen (Nissin.com)

Ando merasa sangat bersalah ketika banknya gagal, dan ramen instan menjadi semacam 'penebusan' untuknya.

Ia kemudian mempromosikan produknya dengan semangat yang nyaris 'religius', seakan-akan mi instan adalah perjuangannya untuk memberi makan seisi dunia. Untung mengakhiri kelaparan dengan ramen.

Produk pertamanya, Chikin Ramen, dirilis pada 25 Agutus 1958. Awalnya, penduduk Jepang menganggapnya sebagai barang mewah. Harganya sedikit lebih tinggi dari ramen panas yang disajikan di kios-kios.

Namun, para konsumen kemudian merasakan kemudahan memasak ramen di rumah. Penjualan pun meningkat pesat. Ramen instan menjadi semacam makanan pokok di Jepang. Sejumlah perusahaan lain pun muncul dan berbagi pasar mi instan.

Ando juga mengincar konsumen internasional. Tak terganggu dengan ketidaktahuan konsumen Amerika Serikat tentang ramen dan cara makannya yang memakai sumpit, ia berkata, "Biarkan mereka memakannya dengan garpu."

Dalam perjalanan bisnis ke Amerika Serikat pada tahun 1966, Ando mendapatkan ide. Kala itu, ia mendemonstrasikan produknya di depan sejumlah eksekutif supermarket. 

Pria yang punya nama China, Go Pek-Hok itu melihat cangkir kopi styrofoam. Ia pun punya gagasan menggunakan wadah serupa untuk ramen. 

Ando membutuhkan waktu lima tahun untuk mengembangkan mi gelas yang tak perlu dimasak, cukup dituang air panas. Ketika Cup Noodles memulai debutnya pada tahun 1971, produk itu langsung jadi sensasi. Laris manis.

Tak berhenti di sana, perusahaan milik Ando juga menciptakan 'Space Ram', ramen instan yang bisa dinikmati dalam kondisi tanpa gravitasi.

Mi instan itu dibuat khusus untuk perjalanan astronot Jepang, Soichi Noguchi di pesawat ulang alik Discovery pada tahun 2005. Space Ram dapat dimakan bahkan dalam kondisi tanpa gravitasi, dengan kaldu yang cukup kental untuk mencegahnya tumpah. Minya pun dibuat lebih tipis dan bisa dimakan tanpa menambahkan air panas. 

Momofuku Ando tutup usia pada 2007, dalam usia 96 tahun.

Sang astronot, Soichi Noguchi menyampaikan pidato penghormatan dalam acara pemakaman Ando, yang digelar di sebuat stadion bisbol. 

Lokasi itu penuh dengan pelayat, termasuk dua mantan perdana menteri Jepang. Salah satunya memuji Ando sebagai "pencipta budaya kuliner yang dapat dibanggakan Jepang pascaperang."

Momofuku Ando mengubah ramen instan menjadi simbol nasional, dan ramen instan mengubah Momofuku Ando menjadi pahlawan Jepang. 

Ramen instan mungkin tampak seperti produk konsumen biasa, namun, keberadaannya telah membantu jutaan orang bertahan di tengah krisis ekonomi dan bencana alam. Pasca-tsunami dan krisis nuklir di Jepang, ramen instan menjadi andalan ribuan warga. 

Pada 2010, sekitar 96 miliar mi instan dikonsumsi penduduk dunia per tahun. Rasanya pun bermetamorfosis, dengan kombinasi bermacam bumbu yang membuatnya kian lezat dan mendekati selera lokal pelanggan.

Mi yang diproduksi untuk pasar AS dibumbui dengan bawang dan terasa lebih enak saat dimasak dalam microwave.  Sementara, kuah mi di Brasil sangat kental, dan versi India dibumbui dengan kunyit dan cabai.


Makhluk Aneh yang Menghuni Bulan

The Great Moon Hoax versi Italia karya Leopoldo Galluzzo (Smithsonian Institution Libraries)

Tak hanya menjadi momentum lahirnya mi instan, sejumlah kejadian menarik dalam sejarah juga terjadi pada tanggal 25 Agustus.

Pada 1835, diwarnai peristiwa The Great Moon Hoax, munculnya artikel soal Bulan yang konon dihuni makhluk-makhluk aneh, di harian New York Sun.

Artikel itu menggambar ada tanaman yang tumbuh subur di permukaan rembulan, pantai berpasir putih, dan rangkaian lanskap berbentuk piramida yang ramping lancip. Lalu, terlihat keberadaan kerumunan hewan berkaki empat berbulu coklat, mirip bison, yang berdiri di bawah naungan pepohonan. Seekor kambing bertanduk tunggal, atau mungkin unicorn, berwarna kebiruan terlihat berdiri di lembah.

Dalam artikel-artikel berikutnya, yang total berjumlah enam, lebih banyak lagi disajikan deskripsi hewan yang menghuni Bulan. Ada rusa kecil, zebra mini, dan berang-berang yang berjalan dengan dua kakinya. "Binatang itu mengendong anak di lengannya seperti manusia dan bergerak meluncur dengan mudah," demikian penulisnya.

Namun, yang paling mengejutkan ada dalam artikel pada hari keempat. "Ada makhluk yang mirip manusia, tingginya sekitar 4 kaki atau 1,2 meter --yang punya sayap dan bisa terbang. Secara ilmiah kami menyebutnya sebagai Vespertilio-homo, atau manusia kelelawar.

Sementara, pada 1912, Partai Nasionalis China (Kuomintang) didirikan Sung Chiao-jen dan Dr. Sun Yat-sen di Guangdong, China.

Dan, pada 1609, Galileo Galilei mendemonstrasikan teleskop pertamanya di depan anggota parlemen Venesia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya