Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu, politik Amerika Serikat (AS) sedang dihebohkan tingkah laku dari Omarosa Manigault. Wanita itu adalah seorang mantan staf di Gedung Putih.
Setelah Omarosa dipecat dari Gedung Putih, dia berbicara ke media bahwa ia merekam percakapan pejabat pemerintahan Donald Trump, termasuk percakapan Ivanka Trump, putri Donald Trump, bersama suaminya.
Baca Juga
Advertisement
Di luar isu politik, tindakan seperti yang dilakukan Omarosa ternyata berpotensi merusak reputasi si perekam. Para pakar di dunia kepegawaian pun mewanti-wanti agar pegawai tidak asal melakukan perekaman.
"Merekam percakapan bisa membuatmu tampak agresif dan menipu, bahkan bila kamu adalah korban," jelas Laurie Ruettiman, konsultan SDM, seperti dikutip Moneyish.
Bentuk solusi lainnya adalah berbicara dulu pada pengacara. Namun, Ruettiman menyarankan lebih baik cari pekerjaan lain bila situasi kantor sampai menyebabkanmu untuk merekam percakapan secara diam-diam.
Sementara itu, ahli hukum kepegawaian Mike Delikat juga mengingatkan agar bijaksana dalam perekaman. Selain melanggar aturan, itu juga melanggar norma.
"Perekaman rahasia di tempat kerja umumnya melanggar kebijakan tertulis yang dimiliki perusahaan dan melawan norma-norma tempat kerja," ucapnya seperti dikutip Business Insider.
Ahli hukum lain, Heather Bussing, menyebut merekam diam-diam di tempat kerja harusnya dipakai sebagai strategi terakhir. "Merekam biasanya adalah strategi terakhir ketika pegawai merasa terancam dan mencoba merekam sesuatu untuk melindungi diri mereka," ujarnya.
Bocornya Omarosa
Mantan asisten Donald Trump, Omarosa Manigault-Newman mengatakan bahwa buku barunya akan mengungkapkan "banyak hal yang sangat korup terjadi di Gedung Putih", menyusul momen ketika ia merilis rekaman audio dari percakapan yang jelas dengan sang majikan, di mana menurutnya, menunjukkan presiden Amerika Serikat (AS) ke-45 itu mungkin tidak menyadari apa yang sedang terjadi di kantornya sendiri.
Newman, yang dikenal sebagai Omarosa setelah penampilannya di reality show The Apprentice pada tahun 2004, mengatakan bahwa buku "Unhinged" akan "meniup peluit" alias menguak tentang bagaimana staf senior diduga beroperasi.
Dia berbicara pada acara televisi Today, awal pekan ini, mengatakan Donald Trump mungkin "tidak tahu apa yang terjadi" di Gedung Putih, dan sering "terlalu mengkhawatirkan orang Amerika".
Dikutip dari CNN pada Selasa, 14 Agustus 2018, hal itu ia ungkapkan dari sebuah rekaman audio panggilan telepon antara dirinya dan Presiden Trump, pada Desember 2017, beberapa waktu sebelum dipecat dari pos Gedung Putih sebagai penghubung ke komunitas Afrika-Amerika.
"Jenderal Kelly mendatangi saya dan mengatakan bahwa Anda ingin saya pergi," kata Omarosa kepada presiden.
"Tidak ... saya, saya... Tidak ada yang memberitahu tentang itu," Trump terdengar berkata. "Anda tahu mereka menjalankan operasi besar, tetapi saya tidak mengetahuinya. Saya tidak tahu itu. Persetan. Saya tidak menginginkan Anda pergi sama sekali."
Pada program televisi terkait, Omarosa mempertanyakan ketulusan presiden karena "ada catatan kerja yang cukup lengkap di antara mereka berdua," mengacu pada Jenderal Kelly dan Presiden Trump.
Di lain pihak, Donald Trump menanggapi wawancara itu melalui serangkaian twit, yang menyebut mantan asistennya itu sebagai "Omarosa aneh", beberapa hari setelah ia menyebut mantan asistennya sebagai "orang rendahan" dalam sebuah komentar publik.
Presiden Trump mengklaim Omarosa datang memohon pekerjaan padanya di Gedung Putih, tetapi orang-orang di sana membencinya karena menilai asisten tersebut "ganas dan tidak cerdas".
Trimp juga mengaku bahwa dia "jarang bertemu dengannya (Omarosa)". Tetapi telah mendengar dia melewatkan pertemuan penting dan memperlakukan staf dengan buruk.
"Saya mengatakan kepada (Jenderal Kelly) untuk mencoba menyelesaikannya, jika mungkin, karena dia hanya mengatakan hal-hal BESAR tentang saya - sampai dia dipecat!" tulis Trump di Twitter, seraya kembali menyebut tudingan "berita palsu".
Advertisement