Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa Bawa 19 Peserta Disabilitas Mendaki Tebing

Outward Bound Indonesia menggelar program Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa bagi 33 pelajar dari daerah di Indonesia termasuk penyandang disabilitas

oleh Novi Nadya diperbarui 24 Agu 2018, 19:30 WIB
Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa mengibarkan bendera Indonesia (Liputan6.com/Pool/OBI)

Liputan6.com, Jakarta Momen HUT ke-73 RI dimanfaatkan oleh Outward Bound Indonesia (OBI) membuat program Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa. Sebanyak 33 pelajar mengikuti ekspedisi bertema Merenda Mutiara Nusantara di kawasan Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, 15-19 Agustus 2018.

Dari 33 peserta, OBI yang merupakan pelopor pendidikan luar ruangan (Outdoor Education) juga mengikutsertakan 19 orang penyandang disabilitas atau sebesar 60 persen dari jumlah total. Dengan rincian tuna netra sebanyak 11 orang, tuna daksa 3 orang, tuna rungu dan wicara 5 orang.

Rangkaian kegiatan yang diikuti dalam Outdoor Education di antaranya pelatihan berinteraksi dan menginap di komunitas lokal, pendakian dan pelaksanaan upacara kemerdekaan dan penghormatan bendera pada 17 Agustus 2018 di puncak Gunung Parang.

Ekspedisi ini merupakan program beasiswa dan pendidikan luar ruangan yang diberikan OBI pada siswa-siswi dari berbagai daerah dan latar belakang. Mereka dipersatukan untuk memupuk pengembangan karakter, memacu semangat kebangsaan dan keberagaman dengan metode pendidikan berbasis petualangan luar ruang (outdoor adventure).

 

 


Pengalaman Peserta Difabel Mendaki Gunung

Ekspedisi Bhineka Bagi Bangsa mengibarkan bendera Indonesia (Liputan6.com/Pool/OBI)

"Misi kami menggalang dana lewat sponsorship untuk memberikan kesempatan bagi pelajar dari keluarga pra-sejahtera untuk ikut pendidikan berbagai macam keterampilan yang dilatih tim instruktur profesional dan berpengalaman," ujar Executive Director Outward Bound Indonesia Wendy Kusumowidagdo.

Salah seorang peserta ekspedisi penyandang tuna netra, Ryan Winardi mengaku gembira bisa mengikuti program tersebut. Meski awalnya ia sempat sanksi pada kemampuan diri sendiri.

"Jika dibayangkan, kelihatannya sangat susah buat. Tapi di sana saya belajar, dalam hidup itu bukan bisa atau tidak bisa, tapi mau atau tidak mau dalam menempuh tantangan, itu sebabnya kami peserta difabel bisa mendaki tebing tinggi, berkano, merakit rakit dan lain sebagainya" katanya.


Penyandang Difabel Taklukkan Ketakutan Diri Sendiri

Peserta Ekspedisi Bhineka Bagi Bangsa (Liputan6.com/Pool/OBI)

Senada dengan Ridwan Purba remaja penyandang tuna daksa yang tidak dapat berjalan tanpa alat bantu mengaku awalnya kesulitan saat menempuh ekspedisi air. Namun berkat keyakinannya yang kuat akhirnya ia berhasil mendayung.

"Paling sulit itu mendayung. Tapi saya tidak menyerah. Soal mendaki justru tidak ada kesulitan karena tangan saya kuat, badan saya juga ringan," imbuh Ridwan seraya tersenyum lebar.

Tahun ini, beasiswa ekspedisi didukung Yayasan Helping Hands dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Mereka mendanai 24 pelajar dari Provinsi DKI Jakarta, Banten sebanyak 3 orang, Nanggroe Aceh Darussalam 2 orang, dan sisanya 1 pelajar yang masing-masing berasal dari Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Riau, serta Jambi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya