Liputan6.com, Purwokerto - Mendoan sejatinya adalah tempe terbalut tepung berbumbu yang digoreng tak terlampau matang. Boleh juga disebut setengah matang.
Makanya, saat dipegang masih terasa lembut. Dalam bahasa Banyumasan, tempe goreng ini disebut masih mendo, alias setengah matang atau lembek.
Nikmatnya, tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata. Apalagi jika dinikmati dalam keadaan panas hangat, ditemani dengan lombok Cengis, cabai rawit yang kecil-kecil tetapi rasa pedasnya menampar dan bikin panas kuping.
Mendoan telah meniti perubahan zaman. Popularitasnya pun telah melampaui pulau-pulau Nusantara. Bahkan, ada pula yang telah memproduksi tempe, sekaligus menggorengnya di sejumlah negara Asia, Eropa, dan Amerika.
Baca Juga
Advertisement
Tiga tahun lalu, mendoan sempat bikin panas suasana Banyumas. Musababnya, seorang pengusaha mematenkan mendoan. Protes pun bergema, mulai dari kelompok masyarakat, budayawan, hingga pemerintah daerah.
Pengusaha ini dianggap lancang dan mencederai kekayaan intelektual masyarakat, khususnya masyarakat Banyumas. Belakangan, si pemegang paten secara resmi mengembalikan "mendoan" kepada masyarakat yang diwakili oleh Bupati Banyumas.
Usai peristiwa ini, mendoan semakin diminati. Mendoan tak hanya ditemui di pinggir jalan dan warung makan sederhana. Makanan khas Banyumas ini telah disajikan pula oleh hotel-hotel berbintang.
Upaya untuk mendorong popularitas tempe mendoan di tingkat lebih luas pun terus dilakukan. Sabtu, 25 Agustus 2018, Pemerintah Kabupaten Banyumas, Korem 071/Wijayakusuma dan Hotel Meotel membuat gebrakan baru.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini
Saksikan video pilihan berikut ini:
Pemecahan Rekor Dunia Masak dan Makan Mendoan
Sebanyak 17.818 mendoan yang dibuat secara massal memecahkan rekor dunia terbaru menggoreng mendoan, sekaligus membuat rekor baru makan mendoan terbanyak. Acara ini sekaligus digelar dalam rangka memperingati HUT ke-73 Kemerdekaan RI, HUT ke-2 Meotel, serta HUT ke-57 Korem Wijayakusuma.
General Manager Hotel Moetel Purwokerto, Andre Harso Binawan mengatakan, timnya mencoba memecahkan rekor yang sudah bertahan selama 12 tahun di Wonosobo pada tahun 2006 dengan membuat 12.212 tempe kemul.
Kali ini, Banyumas akan pecahkan rekor itu menjadi 17.818 medoan, sesuai dengan tanggal ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia, dalam waktu 73 menit dan menggunakan 45 penggorengan.
Dia menjelaskan, untuk membuat 17.818 buah mendoan dibutuhkan sebanyak 20 ribu tempe, dan menggunakan tepung terigu sebanyak 225 kilogram, tepung beras 40 kilogram, tepung tapioka 40 kilogram, minyak goreng 270 liter, dan garam 10 kilogram.
Kemudian, bawang putih 5 kilogram, ketumbar 2 kilogram, kencur 2 kilogram, daun muncang 15 kilogram, kecap 19 kilogram serta bumbu penyedap rasa sebanyak 12 kilogram.
"Mendoan makanan khas Banyumas, tidak boleh kalah dengan daerah dan negara lain, kita ingin mendoan mendunia dan mengangkat mendoan menjadi menjadi makanan yang disukai tidak hanya orang Banyumas saja tetapi masyaralat Indonesia bahkan dunia," dia menerangkan dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Sabtu.
Untuk dapat memecahkan rekor memasak mendoan, dibutuhkan waktu 73 menit dengan menggunakan 45 penggorengan. Ada 135 orang yang berjibaku dalam proses menggoreng ini.
Mereka terdiri dari karyawan Meotel Purwokerto, Perkumpulan Chief Profesional Indonesia (PCPI), dan anggota Korem 071/Wijayakusuma.
Advertisement
Upaya Melindungi Mendoan Sebagai Kearifan Lokal Banyumas
Pj Bupati Banyumas, mengapresiasi inovasi yang diprakarasi oleh Meotel untuk menduniakan mendoan. Menurut dia, mendoan sudah sangat terkenal. Sudah selayaknya mendoan menjadi kebanggaan Banyumas.
Ketua Umum Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid), Paulus Pangka mengatakan memasak mendoan terbanyak dan makan mendoan masal ini juga dicatat dalam Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid) sebagai rekor ke 389 dan 390.
Menggoreng mendoan ini menciptakan rekor baru dengan menggoreng tempe sebanyak 17.818 buah mendoan dan makan mendoan terbanyak. "Ada dua rekor, ini bukan memecahkan rekor, tapi ini menciptakan rekor baru, dengan nama rekor menggoreng tempe terbanyak sebanyak 17.818 dalam waktu 73 menit dan ini rekor baru di Lembaga Prestasi Indonesia Dunia," Paulus mengungkapkan.
Jumlah 17.818 mendoan sekaligus juga dimaknai sebagai HUT ke-73 RI pada 17 Agustus 2018. Menggunakan 45 penggorengan pun melambangkan kelahiran Republik Indonesia.
"Dan tentu makan mendoan terbanyak," dia menerangkan.
Begitu selesai dimasak. Ribuan warga Banyumas pun tumpah ruah menyerbu mendoan yang berada di nampan-nampan khusus. Mereka menyantap mendoan, makanan khas kebanggaan Banyumas, dengan lahap.
Kasiter Korem 071/Wijaya Kusuma, Letkol Inf. Sapto Broto mengatakan pemecahan rekor dunia memasak dan makan mendoan terbanyak ini merepresentasikan keinginan masyarakat untuk menduniakan mendoan. Mendoan bakal dikenalkan sebagai makanan khas Banyumas.
Pemecahan rekor ini bakal ditindaklajuti dengan pendaftaran hak cipta agar mendoan tetap menjadi kebanggaan Indonesia, terutama Banyumas raya. Mendoan bakal dipatenkan sebagai kekayaan Banyumas.
"Akan ditindaklajuti dengan mematenkan mendoan," Sapto menegaskan.