Harga Sewa Rumah Meningkat Tajam di Hong Kong, Banyak Orang Memilih Tidur di McDonald's

Akibat semakin tingginya harga sewa properti, membuat sebagian warga Hong Kong memilih tidur di McDonald's setiap malamnya.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 27 Agu 2018, 10:01 WIB
McRefugee, julukan bagi warga Hong Kong yang memilih menginap di McDonald's karena alasan krisis hunian yang harganya semakin tinggi (AP/Vincent Yu)

Liputan6.com, Hong Kong - Semakin tingginya harga properti di Hong Kong berimbas pada meningkatnya angka tuna wisma, termasuk salah satunya terlihat pada fenomena pengungsi di gerai McDonald's atau belakangan dikenal dengan julukan 'McRefugee'.

Laporan dari survei yang digelar oleh Tai Ping Shan Junior Chamber International menyebut bahwa selama lima tahun terakhir, jumlah McRefugee naik hingga enam kali lipat.

Dikutip dari South China Morning Post pada Minggu (26/8/2018), survei tersebut dilakukan pada bulan Juni terhadap 334 orang yang diketahui menginap di gerai McDonald's setiap malam, selama setidaknya tiga bulan terakhir.

Dari total 110 cabang yang beroperasi 24 jam di Hong Kong, ditemukan sebanyak 84 orang McRefugee yang rutin menginap, dengan alibi membeli satu atau dua menu di jaringan restoran cepat saji asal Amerika Serikat itu.

Disebutkan bahwa hasil survei meningkat berkali-kali lipat dari penelitian serupa pada 2013 lalu, di mana hanya 57 orang yang dinilai sebagai McRefugee.

Survei terkait juga menemukan fakta bahwa cabang McDonald's di distrik Tsuen Wan menjadi cabang yang paling banyak dikunjungi McRefugee, yakni sekitar 30 orang setiap malamnya.

Usia para McRefugee itu berkisar antara 19 hingga 79 tahun, di mana 57 persen di antaranya memiliki pekerjaan tetap. Selain itu, 71 persen dari total 'pengungsi kota' itu menyewa kamar untuk tempat tinggal utama, namun merasa tidak nyaman karena sempit dan padat.

Menghemat biaya pendingin udara, serta kenyamanan dan keamanan, memuncaki daftar alasan yang diberikan oleh para McRefugee yang diwawancarai. Adapun alasan lain munculnya tren ini adalah karena faktor harga sewa tinggi, konflik dengan anggota keluarga, dan rendahnya kemampuan mengembangkan hubungan sosial.

Selain itu, warga Hong Kong yang menjadi McRefugee, baik rutin ataupun tidak, mengatakan bahwa hal tersebut membantunya mendapat akses ke tempat kerja yang lebih cepat, dan ada pula yang beralasan sembari menunggu kesempatan mendapat perumahan berbiaya rendah.

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

Simak video pilihan berikut: 

 


Bukan Hanya Karena Krisis Hunian

Kota dengan Properti Termahal di Dunia (AFP/Telegraph)

Hong Kong secara konsisten menduduki peringkat pasar properti paling mahal di dunia. Hingga akhir Maret, ada 270.000 pelamar di daftar tunggu untuk perumahan sewa publik, di mana waktu tunggu rata-rata untuk keluarga atau pelamar lansia adalah lima tahun.

Perumahan bersekat merupakan pilihan utama bagi keluarga-keluarga ini saat menunggu datangnya program hunian murah.

Namun, biasanya kondisi tersebut tidak cukup baik, mengingat luasnya yang tidak lebih dari 100 kaki persegi (setara 10 meter persegi), yang rentan kebakaran akibat ventilasi dan pola kebersihan yang buruk.

Meski begitu, banyak dari mereka lebih memilih untuk bermalam di gerai-gerai makanan cepat saji yang buka 24 jam, dan hanya menjadikan hunian sewa tersebut sebagai tempat menyimpan barang-barang pribadi, dan untuk mandi.

Ada pula yang sengaja menyingkir dari hunian padat tersebut karena adanya kendala hubungan dengan keluarga. Namun, tidak sedikit juga yang beralasan butuh keramaian sehingga memutuskan menjadi MCRefugee, dan biasanya ini terjadi pada kelompok lansia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya