GP Ansor: Deklarasi 2019 Ganti Presiden Diduga Ditunggangi HTI

Deklarasi itu, menurut dia merupakan kegiatan yang kontraproduktif terhadap demokrasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Agu 2018, 19:53 WIB
Massa Gerakan 2019 Ganti Presiden. ©2018 Merdeka.com/Arul Nasrullah

Liputan6.com, Jakarta - Gerakan Pemuda Ansor Surabaya menduga deklarasi #2019gantipresiden di Surabaya, Minggu pagi, ditunggangi kelompok-kelompok seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

"Jadi, seharusnya pihak-pihak politikus jangan mau melakukan kolaborasi dengan pihak-pihak khilafah, seperti HTI yang antidemokrasi dan tidak setuju dengan gelaran Pemilihan Presiden 2019 itu," kata Bendahara Pimpinan Cabang GP Ansor Surabaya Aries A. Yusuf, Minggu (26/8/2018).

Sebelumnya, kata Aries, pihak HTI bersama inisator gerakan deklarasi itu pernah mengambilkan gambar. Salah satunya mengucapkan 2019 ganti presiden, kemudian dari pihak HTI bicara 2019 ganti sistem.

"Jadi, sejak awal dua kubu ini melakukan kolaborasi antisistem berpolitik kerakyatan-kerakyatan yang cerdas," ujar Aries seperti dikutip Antara.

Deklarasi itu, menurut dia merupakan kegiatan yang kontraproduktif terhadap demokrasi. Hal itu telah dia sampaikan kepada pihak-pihak yang berwenang.

Namun, dari pihak berwenang masih menoleransi hal semacam ini. Padahal sudah ada garis kuning yang sudah mereka lampaui sehingga melewati garis merah.

Namun, Humas Deklarasi #2019GantiPresiden Surabaya Tjetjep M Yasien membantah pernyataan dari GP Ansor yang menganggap kegiatan mereka telah ditunggangi HTI dan juga kelompok prokhilafah.

"Itu fitnah yang kejam. Kami tidak ada yang menunggangi dari khilafah atau segala macam," ujarnya.

Ia menegaskan bahwa gerakan yang kelompoknya suarakan merupakan perjuangan dari sukarelawan #2019antipresiden maupun masyarakat yang peduli dan kecewa terhadap pemerintahan Presiden RI Joko Widodo.

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya