Liputan6.com, Pyongyang - Pemerintah Korea Utara memutuskan untuk mengusir seorang pria Jepang yang dituduh melakukan kejahatan saat berkunjung ke Pyongyang dengan visa turis, demikian dikabarkan corong media rezim Kim Jong-un.
Pria itu, Tomoyuki Sugimoto, telah ditahan di Korea Utara untuk kepentingan penyelidikan atas dugaan "pelanggaran hukum". Namun, tidak disebut secara rinci apa kesalahan yang dilakukan tersangka.
Pihak berwenang Korea Utara pun memutuskanuntuk mengusir tersangka 'atas prinsip kemanusiaan'.
Kantor berita nasional Jepang Kyodo melaporkan sebelumnya bahwa seorang videografer Jepang diduga telah ditahan di Korea Utara setelah merekam cuplikan dari sebuah fasilitas militer di Nampo, sebuah kota pelabuhan di selatan Pyongyang, demikian sebagaimana dikutip dari New York Times pada Senin (27/8/2018).
Baca Juga
Advertisement
Jepang dan Korea Utara menemui kebuntuan panjang terkait permintaan Tokyo untuk mengembalikan warganya yang diculik pihak Korut pada periode antara 1970-an an dan 1980-an.
Sementara itu, Korea Utara memiliki sejarah menahan orang asing yang dituduh melakukan "kejahatan terhadap negara", dan melepaskan mereka hanya setelah pejabat tinggi negara terkait mengunjungi Pyongyang untuk melobi kebebasan mereka.
Sebelumnya, Korea Utara membebaskan tiga orang warga Korea keturunan Amerika, termasuk satu orang yang dijatuhi hukuman 10 tahun kerja paksa atas tuduhan spionase, ketika Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengunjungi Pyongyang pada bulan Mei 2018.
Awal bulan ini, Pyongyang membebaskan seorang warga Korea Selatan yang telah ditahan sejak bulan Juli.
Pembebasan itu terjadi di tengah mencairnya tensi politik di Semenanjung Korea, yang dimulai awal tahun ketika Kim Jong-un, memulai negosiasi dengan Korea Selatan dan Amerika Serikat, untuk meningkatkan hubungan diplomasi dan denuklirisasi di Semenanjung Korea.
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
Simak video pilihan berikut:
Korea Utara Tuntut Permohonan Maaf Jepang
Di lain pihak, pemerintah Korea Utara disebut kian menajamkan kritiknya terhadap Jepang, yang berisiko merusak harapan Perdana Menteri Shinzo Abe untuk meyakinkan Kim Jong-un untuk menggelar pertemuan dengannya.
Berbagai tajuk berita di media negara di Pyongyang --dalam beberapa hari terakhir-- memuat persepsi negatif terhadap Negeri Matahari Terbit, termasuk tuduhan Tokyo tentang pengembangan senjata nuklir dan tudingan rencana "membasmi" komunitas Korea Utara di Jepang.
PM Abe pada Senin, 6 Agustus 2018, mengumumkan bahwa dia tertarik bertemu Kim Jong-un untuk membahas isu-isu yang menjadi perhatian bersama, termasuk program nuklir Korea Utara dan penculikan warga negara Jepang yang di masa lalu untuk "membangun hubungan baru kedua negara".
Dikutip dari South China Morning Post pada Rabu 8 Agustus, optimisme PM Abe muncul setelah Menteri Luar Negeri Taro Kono melakukan percakapan singkat dengan Ri Yong-ho, mitranya di Korea Utara pada pertemuan ASEAN di Singapura akhir pekan lalu.
Surat kabar Yomiuri di Tokyo bahkan mengabarkan bahwa ada kemungkinan PM Abe bertemu Kim Jong-un di sela-sela penyelenggaraan Forum Ekonomi Timur di Vladivostok, Rusia, pada September mendatang.
Pada hari yang sama ketika PM Abe mengulangi bahwa dia "tidak akan kehilangan kesempatan" untuk bertemu Kim Jong-un, kantor berita resmi Pyongyang Korea Central News Agency (KCNA) menerbitkan selebaran terbaru di Tokyo, menuduh Jepang "bermain trik licik" dan "berperilaku tidak bijaksana".
Editorial itu menuduh Jepang mencoba "memicu suasana permusuhan" ke Korea Utara, menambahkan bahwa Tokyo perlu "secara jujur merefleksikan kejahatan agresi masa lalu yang berdarah", mengeluarkan permintaan maaf dan membayar ganti rugi sebelum pembicaraan dimungkinkan.
Advertisement