Liputan6.com, Jakarta- Harga emas naik di atas USD 1.200 per ounce pada hari Senin (Selasa pagi WIB) karena dolar Amerika Serikat (AS) melemah setelah Negeri Paman Sam dan Meksiko mencapai kesepakatan yang menurunkan ketegangan perdagangan.
Mata uang utama menguat terhadap dolar AS, yang telah menjadi tempat berlindung yang aman dari ketegangan perdagangan selama berbulan-bulan.
Baca Juga
Advertisement
Dilansir dari Reuters, Selasa(28/8/2018), harga emas di pasar spot naik 0,3 persen menjadi USD 1.208,92 per ounces. sebelumnya harga emas sempat menyentuh level USD 1.212,38, tertinggi dalam dua minggu. Emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup naik USD 2,7 atau 0,2 persen menjadi USD 1.216 per ounce.
Indeks dolar merosot terhadap sekeranjang enam mata uang utama. Pelemahan dolar AS membuat emas dalam denominasi dolar lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, yang dapat meningkatkan permintaan emas dan harga.
Amerika Serikat dan Meksiko setuju untuk merombak Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA), memberi tekanan pada Kanada untuk menyetujui ketentuan baru tentang perdagangan otomotif dan masalah lain untuk tetap menjadi bagian dari perjanjian tiga negara. Kesepakatan dapat mengurangi kekhawatiran tentang eskalasi ketegangan perdagangan global.
Penguatan yuan China pada hari Senin membuat emas lebih murah untuk pembeli asal China, konsumen emas terbesar dunia.
Jika harga bertahan pada USD 1.200 per ounces, maka ada peluang bagus untuk kenaikan lebih lanjut, dengan target USD 1.230-USD 1.235, kata analis kepala ActivTrades, Carlo Alberto De Casa.
"Di bawah USD 1.200, tren bearish bisa memulihkan kekuatan, dengan area support pertama yang ditargetkan di USD 1.180," ungkap dia.
Tak hanya emas, harga logam lain seperti perak di pasar spot naik 0,4 persen menjadi USD 14,86 per ounce. Platinum naik 1,3 persen menjadi USD 800,90 per ounce, dan Palladium naik 1,1 persen menjadi USD 946,40 per ounce.