Liputan6.com, Kendari - Namanya Lasmin. Ia atlet dayung spesialis canoing yang berjaya pada era 90-an. Belasan prestasi dan medali tingkat nasional dan internasional sudah dikoleksi.
Pria kelahiran Desa Amosilu, Kecamatan Besulutu, Kabupaten Konawe, itu dikenal memiliki tubuh di luar ukuran orang Indonesia umumnya. Sebelum menjadi atlet dayung, tahun 1990 aktif di olahraga bola voli.
"Hanya pada pertandingan antar sekolah saja," kata Lasmin kepada Liputan6.com, Senin, 27 Agustus 2018.
Baca Juga
Advertisement
Barangkali faktor prestasi yang hanya sampai tingkat antar sekolah, Lasmin kemudian berpindah haluan. Ia menjadi atlet dayung. pertimbangannya sederhana, bermain individu jadi tak begitu terpengaruh kerja sama tim.
"Dayung lebih mudah karena sendirian atau dua orang saja," kata Lasmin.
Kiprah awal dimulai di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pelajar (PPLP) cabor dayung Sulawesi Tenggara. Sejak masuk, prestasinya sudah melambung hingga ke tingkat nasional. Tahun 1995 hingga pertengahan 2006, Lasmin sudah menyapu medali baik nasional dan tingkat Asean. Prestasi terbaiknya diraih pada SEA Games Indonesia dan Malaysia pada 1997 dan 2001, Lasmin merebut medali emas.
Pada SEA Games Filipina dan Thailand 2005, Lasmin meraih medali perak. Sementara pada kejuaraan dayung internasional memperebutkan Merlian Cup, Lasmin juga merebut medali emas.
"Prestasi saya sebagai atlet dayung terakhir di PON Kalimantan Timur," katanya.
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
Siksa Sepatu
Pada pembukaan Asian Games 2018 di Jakarta, Lasmin dipanggil membawa obor di istana negara bersama 2018 atlet dan mantan atlet. Bersama 17 mantan atlet nasional, Lasmin bertugas mengawal obor Asian Games saat penurunan bendera Merah Putih mengawal Presiden Joko Widodo.
Lasmin lahir pada Oktober 1974. Tinggi tubuhnya 215 sentimeter. Sebagai perbandingan, rata-rata orang Indonesia memiliki tubuh setinggi 170 hingga 180 sentimeter. Tubuh raksasa itu sudah terlihat sejak SMP.
"Sejak saat itu, tubuh saya makin tinggi setiap tahun," kata Lasmin.
Saat SMA, Lasmin mulai kesulitan menyesuaikan pakaian yang akan dipakai. Saat SMA itu, Lasmin sudah memakai baju berukuran XXL. Tak hanya baju, tetapi Lasmin juga kesulitan mencari sandal dan sepatu yang sesuai ukuran kakinya.
"Pernah beberapa kali keliling toko, mencari ukuran sepatu 50 atau 51, tak ada. Akhirnya pesan di pabriknya langsung. Karena di pasar, sepatu ukuran begitu tidak ada," kata Lasmin.
Lasmin mulai masuk pelatnas dayung pada 1995, tak bisa bebas memilih model sepatu. Baik sepatu untuk acara resmi maupun sepatu olahraga. Itu karena semua dipesan langsung di pabrik yang berlokasi di Kota Bandung dan Jakarta.
"Jadi, kalau saya kebetulan ke Jawa, saya langsung cari sepatu untuk persediaan. Meskipun tidak banyak tapi saya usaha cari 1 atau 2 pasang," kata Lasmin.
Kesulitan masih berlanjut, sungguh tak sebanding dengan popularitasnya sebagai atlet yang berprestasi nasional. Lasmin kesulitan saat mengendari sepeda motor bebek atau matik. Selain karena ukurannya kecil, Lasmin mengaku merasa aneh. Saat hendak bepergian dengan mobil, Lasmin juga repot mencari bagian yang cukup besar. Kalau bus, di sebelah atau belakang sopir.
"Kalau baju dan celana saya tidak masalah, tapi sepatu memang khusus," katanya.
Simak video menarik pilihan berikut di bawah :
Advertisement
Gairah Seksual
Lasmin adalah pribadi yang terbuka. Ia sangat enak diajak bercerita. Bahkan ketika disinggung urusan ranjang, Lasmin mengatakan biasa-biasa saja. Pria yang kini memiliki empat orang anak itu, merasakan tidak ada yang aneh dengan keinginannya di kamar tidur.
"Biasa saja. Tidak ada yang aneh itu, sepertinya yang diinginkan orang normal sama seperti saya," katanya.
Dalam hal makan, juga masih dalam batasan wajar. Meskipun bertubuh besar, tetapi porsinya kadang seperti orang biasa. Hanya, pada saat-saat tertentu saja porsinya lebih banyak.
"Habis latihan atau melatih dengan tenaga yang banyak, itu pasti berbeda," katanya.