Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagangan Rabu pekan ini.
mengutip Bloomberg, Rabu (29/8/2018), rupiah dibuka di angka 14.630 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.626 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah diperdagangan di kisaran 14.630 per dolar AS hingga 14.654 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah telah melemah 8,04 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.643 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.614 per dolar AS.
Baca Juga
Advertisement
Analis Senior CSA Research Institue Reza Priyambada di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa sejumlah mata uang kuat di kawasan Asia yang cenderung melemah berdampak negatif bagi mata uang rupiah.
"Laju nilai tukar rupiah tertahan karena sentimen eksternal, namun fluktuasinya relatif stabil seiring dengan penjagaan Bank Indonesia," katanya.
Menurut dia, sentimen kenaikan suku bunga The Fed dalam waktu dekat menjadi salah satu faktor yang menahan laju mata uang di negara berkembang, termasuk rupiah.
Kendati demikian, lanjut dia, depresiasi rupiah relatif tertahan menyusul meredanya kekhawatiran isu perang dagang sehingga mengurangi permintaan terhadap aset berdenominasi dolar AS.
Reza menambahkan bahwa sentimen dari dalam negeri juga relatif kondusif, Bank Indonesia berkomitmen terus berupaya menjaga rupiah sesuai dengan fundamentalnya serta memastikan ketersediaan valas.
Ia menambahkan Bank Indonesia juga melakukan lelang Foreign Exchange (FX) swaps diharapkan dapat menahan penurunan cadangan devisa.
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pelemahan Rupiah Peluang RI Genjot Pariwisata
Sebelumnya, pemerintah akan memanfaatkan pelemahan nilai tukar rupiah untuk menggenjot sektor pariwisata di Tanah Air. Pasalnya, dengan nilai tukar rupiah seperti saat ini, biaya berwisata di Indonesia bagi wisatawan mancanegara (wisman) menjadi lebih murah.
Ketua Tim Pokja Percepatan Pembangunan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Kementerian Pariwisata, Hiramsyah Thaib mengatakan, pelemahan rupiah yang terjadi sebenarnya bisa menjadi hal yang positif bagi pariwisata, khususnya untuk menarik wisman untuk datang ke Indonesia.
BACA JUGA
"Soal depresiasi rupiah, ini bisa dimanfaatkan sektor pariwisata. Ini kami genjot promosi karena dengan ini biaya wisata ke Indonesia menjadi lebih murah," ujar dia di Yogyakarta, Selasa (28/8/2018).
Sementara itu, Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter Bank Indonesia (BI), Aida Budiman menyatakan, ukuran mahal atau murah untuk sebuah biaya wisata menjadi suatu hal yang relatif bagi masing-masing wisatawan. Namun yang lebih ditekankan oleh BI dan pemerintah yaitu bagaimana membangun sektor pariwisata yang berkelanjutan.
"Sebetulnya kalau bicara nilai tukar, kita bicara harga itu relatif sehingga short term. Jadi yang kami lakukan di sini adalah tingkatkan daya saing. Sehingga kita enggak bergantung ke nilai tukar. Kalau lagi depresiasi, kita hanya fokus dorong pariwisata, tidak seperti itu," kata dia.
Oleh sebab itu, lanjut Aida, pihaknya mendukung penguatan tiga aspek yang dilakukan pemerintah yaitu atraksi, aksesibilitas dan amenitas (3A). Dengan demikian, sektor pariwisata bisa tumbuh tanpa harus menunggu depresiasi rupiah.
"Makanya yang kita lakukan adalah tingkatkan daya saing pariwisata supaya kita tidak tergantung pada nilai tukar. Kita ingin tingkatkan daya siang pariwisata, kita punya Borobudur, bagaimana caranya jual ini seperti Angkor Wat (Kamboja). Bagaimana tingkatkan aksesibilitas, sehinga orang kenal dan senang datang ke Indonesia," tandas dia.
Advertisement