Antam Minati 20 Persen Divestasi Saham Vale di Tambang Sulawesi

Proses untuk mengakuisisi saham Vale Indonesia akan memakai skema pembiayaan proyek (project financing).

oleh Bawono Yadika diperbarui 29 Agu 2018, 19:44 WIB
Lokasi Tambang Nikel dan Smelter Nikel PT Antam Tbk di Pomalaa, Sulawesi Tenggara (Dok Foto: Liputan6.com/Pebrianto Eko Wicaksono)

Liputan6.com, Jakarta PT Aneka Tambang Tbk (Antam) minati divestasi saham 20 persen milik PT Vale Indonesia Tbk (INCO) di lahan konsesi Sorowako, Sulawesi Selatan pada Oktober 2019.

Ketertarikan ini diungkapkan Direktur Utama Antam, Arie Prabowo Ariotedjo. "Divestasi Vale ini kita tertarik. Kan semuanya juga tergantung penawaran harga berapa valuasinya," ujar dia di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (29/8/2018).

Arie menambahkan, saat ini manajemen akan menunggu keputusan induk perusahaan dan pemegang saham untuk merealisasikan pembelian itu.

"Gini loh, holding bagaimana mengusai cadangan nasional. Jadi setiap perusahaan mau divestasi ya kita tertarik, tertarik bukan harus beli ya. Tertarik, tinggal valuasinya oke tidak," ujarnya.

Jika hasil valuasi INCO cocok, Arie menjelaskan, proses untuk mengakuisisi saham Vale Indonesia akan memakai skema pembiayaan proyek (project financing).

"Sama halnya seperti PT Freeport Indonesia, project financing, karena sudah ada EBITDA," pungkas dia.

Sebagai informasi, Vale Indonesia menguasai sebanyak 60 persen saham di lahan konsesi Sorowako, Sulawesi Selatan. Sedangkan sebesar 20 persen saham dikuasai oleh Sumitomo dan 20 persen saham lainnya merupakan milik pemerintah atau publik.

Adapun sesuai dengan klausul kontrak karya amandemen tahun 2014, Vale Indonesia dan Sumitomo harus mendivestasikan 20 persen sahamnya, sehingga porsi saham publik tahun depan menjadi 40 persen.

 

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini


Vale Indonesia Bantu Pemerintah Kembangkan Mobil Listrik

Ilustrasi mobil listrik.(Liputan6.com/Yurike)

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mendukung rencana pemerintah untuk mengembangkan mobil listrik di Indonesia. Mobil listrik ini akan menggunakan material nikel sebagai salah satu komponen dalam baterai.

"Nikel ini ada 2 jenis, kelas 1 dan kelas 2. Kelas 2 untuk stainlees teel yaitu baja sedangkan kelas 1 untuk bahan mobil listrik. Proyek yang di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, akan jadi salah satu bahan untuk baterai mobil," tutur Direktur Utama INCO Nico Kanter di Paparan Publik, Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (28/8/2018).

Nico menambahkan, Vale Indonesia mendukung rencana pengembangan mobil listrik mengingat beberapa negara telah lebih dulu mengembangkan mobil listrik tersebut.

"Kalau memang pemerintah akan mencanangkan, kami mendukung, karena beberapa negara sudah ke arah sana untuk mengurangi emisi, mobil listrik dipandang sebagai alternatif terbaik hingga saat ini. Mungkin bisa sejalan dengan apa yang diinginkan pemerintah saat ini," ujarnya.

Menambahkan, Senior Manager of Communications INCO Budi Handoko menjelaskan, tren mobil listrik berdampak positif bagi perusahaan tambang nikel.

"Nikel itu kan pergunaannya banyak. Salah satunya sebagai baterai mobil listrik itu. Makanya sekarang harga nikel lumayan ya. Sejak awal tahun sekitar USD 15.000 per ton,” katanya.

"Jadi kebutuhan nikel dunia saat ini kurang lebih 2,2 juta ton per tahun. Kalau kebutuhan baterai masih di sekitar 4 persen. Jadi masih rendah sekali. Tapi trennya naik. Kalau kita bandingkan lima tahun lalu, mungkin hanya 1 persen sampai 2 persen," tutup dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya