Bendungan Mengering Picu Risiko Pemadaman Listrik Besar-besaran di Afrika

Kondisi kekeringan yang kian meningkat di Afrika turut bersiiko memicu pemadaman listrik secara besar-besaran.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 30 Agu 2018, 12:45 WIB
Salah satu bendungan di dekat Cape Town, Afrika Selatan, mengering (AP)

Liputan6.com, Cape Town - Meningkatnya suhu Bumi yang memicu kekeringan pada banyak bendungan di Afrika, menurut peneliti, berisiko menyebabkan pemadaman listrik besar-besaran di benua tersebut.

Berdasarkan kondisi beberapa tahun terakhir, ketika kekeringan semakin meluas di wilayah selatan dan timur Afrika, laporan baru oleh para ilmuwan iklim memperingatkan bahwa kecenderungan pembangunan bendungan mungkin salah arah.

Dikutip dari Independent.co.uk pada Kamis (30/8/2018), kedua wilayah Afrika tersebut membangun bendungan sejumlah hampir dua kali lipat dari prediksi kapasitas tenaga air mereka pada 2030, yang didasarkan pada perubahan ekstrem kondisi perairan darat setempat.

"Perubahan tak terduga dalam ketersediaan air jelas menimbulkan risiko signifikan terhadap kelangsungan pembangkit listrik tenaga hidro, yang berdampak pada keamanan listrik negara-negara di Afrika," kata Profesor Declan Conway dari Grantham Research Institute tentang Perubahan Iklim dan Lingkungan.

Prof Conway menyatakan bahwa El Niño pada 2015 dan 2016 membawa kondisi kekeringan di Afrika Selatan, dan menurunkan tingkat air di bendungan, sehingga banyak daerah mengalami pemadaman listrik.

Ditambahkan pula, bahwa beberapa bendungan baru direncanakan dibangun di lokasi lembah sungai serupa, yang telah mengalami dampak buruk kekeringan dalam beberapa tahun terakhir.

"Jika negara-negara ini membangun lebih banyak bendungan tenaga air di wilayah sungai yang sama, mereka semua akan mengalami risiko besar selama kekeringan di masa depan, mengancam ketersediaan listrik di area yang sangat luas," ujar Prof Conway memperingatkan.

Lebih dari 80 persen kapasitas listrik tenaga air di Afrika bagian timur direncanakan berada di cekungan Nil, dan hampir 90 persen dari Afrika bagian selatan memilih membangunnya di Lembah Zambesi.

Profesor Conway, yang mempresentasikan temuannya di Royal Geographical Society di London, memperingatkan bahwa efek berbahaya dari kekeringan pada kapasitas tenaga air, hanya akan memburuk di masa depan.

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

Simak video pilihan berikut: 


Seruan untuk Bantuan Internasional

WHO mengungkapkan, kondisi kekeringan menyebabkan penyebaran penyakit, Kenya, Jumat (3/3). Sejak awal Januari, telah dilaporkan lebih dari 6.000 kasus kolera serta lebih dari 2.500 kasus yang diduga campak. (AP Photo / Ben Curtis)

Selain tindakan oleh pemerintah Afrika, penulis laporan itu juga menyerukan organisasi bantuan internasional, seperti Bank Dunia, untuk mempertimbangkan faktor-faktor tersebut saat membuat keputusan tentang pembiayaan bendungan baru.

Awal tahun ini, warga kota Cape Town di Afrika Selatan telah bertarung menghadapi Hari Nol, yakni peridoe ketika persediaan air turun sangat rendah. Hal itu bahkan membuat pihak berwenang terpaksa membatasis ecara keras konsumsi air oleh warga, industri, dan pertanian.

Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa kekeringan semacam ini cenderung menjadi lebih sering dan lebih parah di tahun-tahun mendatang, ketika dunia mulai merasakan dampak perubahan iklim dalam skala besar.

Selain Afrika, konsumen besar listrik tenaga air lainnya di dunia, seperto Mexico City dan London, kemungkinan akan merasakan dampak kekeringan serupa di masa depan, akibat kecenderungan suhu yang terus meningkat di belahan Bumi utara.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya