Liputan6.com, Bali - Bank Indonesia (BI) berjanji akan terus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia. Salah satu caranya dengan menyiapkan jamu pahit dan manis sebagai bentuk bauran kebijakan.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menjelaskan, jamu pahit yang disediakan bank sentral yaitu kenaikan suku bunga. Ini tidak dapat dihindari untuk merespons ekonomi global.
"Namun, jamu manisnya sudah banyak kita keluarkan, misalnya mendorong kredit dengan relaksasi LTV atau down payment (DP) kredit uang muka perumahan, baik pembeli pertama maupun investasi. Pembelian inden kita bolehkan, dan untuk peminat investasi kita bolehkan hingga 5 akad kredit. Tapi kebijakan ini kita jaga agar tetap prudent," kata Perry di Bali, Kamis (30/8/2018).
Baca Juga
Advertisement
Jamu manis lainnya yang disiapkan BI yaitu itermediasi makroprudensial. Dengan perbankan dalam membiayai pembangunan tak terbatas melalui kredit saja, tapi bisa cara lain seperti membeli obligasi korporasi kualitas bagus.
"Untuk pendanaan juga tak terbatas tabungan dan deposito saja, tapi bisa cara lain dengan menerbitkan Medium Term Notes (MTN) atau surat utang jangka menengah," kata dia.
Selanjutnya, jamu manis lainnya yaitu pendalaman pasar keuangan agar biaya pembangunan biaya infrastruktur ekonomi tak hanya mengandalkan kredit.
"Kita keluarkan kebijakan agar pembangunan bisa dibiayai penerbitan reksadana pendapatan tetap. Dan juga jamu manis lainnya pengembangan keuangan dan ekonomi syariah," ujar dia.
Reporter: Idris Rusadi Putra
Sumber: Merdeka.com
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
Alasan BI Dongkrak Suku Bunga Acuan
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menjelaskan, kebijakan menaikkan suku bunga acuan beberapa waktu lalu bukan karena pengaruh ekonomi domestik.
Ini harus dilakukan untuk merespons ketidakpastian global yang masih berlangsung hingga kini. Instrumen kenaikan suku bunga merupakan salah satu bentuk optimalisasi bauran kebijakan merespons pergerakan ekonomi global.
"Kebijakan suku bunga kita naikkan bukan karena inflasi tinggi, inflasi kita sangat rendah. Bukan karena pertumbuhan ekonomi jelek. Bukan karena kredit kita mengalami perlambatan, dan juga bukan karena kinerja bank kita rendah," tegas Perry di Bali, Kamis (30/8/2018).
Dalam pandangan Perry, ekonomi domestik saat ini cukup bagus. Cuma masalahnya, ketidakpastian global sangat tinggi.
"Sehingga kita merespons suku bunga agar stabilitas terjaga, agar SBN pemerintah tetap menarik, imbal hasil obligasi kita tetap menarik. Oleh karena itu kita menaikkan suku bunga," ujar Perry.
Instrumen lain dalam bauran kebijakan bank sentral yaitu dalam mendukung stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Caranya yaitu melalui intervensi ganda. Pergerakan nilai tukar memang ditentukan pergerakan pasar, namun BI siap intervensi. "Kita siap intervensi, memasok pasokan Dolar, kalau ada pembalikan kita beli obligasi pemerintah di pasar sekunder," tutur dia.
Instrumen terakhir dalm bauran kebijakan BI guna menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri yaitu penerapan SWAP.
Kebijakan ini dibutuhkan pengusaha agar memberi kepastian kebutuhan dolar AS dalam satu bulan hingga beberapa bulan ke depan. "Mereka (pengusaha) butuh swap valas dengan bank, kita sediakan secara cepat, mudah dan murah. Setiap hari BI melalukan dua jenis swap yaitu moneter dan hedging," kata dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement