Liputan6.com, New York Wall Street ditutup melemah dipicu kekhawatiran perang perdagangan yang meningkat antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Aksi jual terjadi pada pertengahan sore setelah muncul laporan jika Presiden AS Donald Trump ingin memberlakukan usulan tarif impor tambahan senilai USD 200 miliar pada produk China di awal minggu depan, lebih cepat dari perkiraan.
Melansir laman Retuters, indeks Dow Jones Industrial Average jatuh 137,65 poin, atau 0,53 persen, menjadi 25.986,92. Sementara indeks S&P 500 kehilangan 12,91 poin, atau 0,44 persen, menjadi 2.901,13 dan Nasdaq Composite turun 21,32 poin, atau 0,26 persen, menjadi 8.088,36.
Baca Juga
Advertisement
"Ketika Anda memiliki volume rendah, pasar lebih sulit menyerap tekanan beli atau penjualan yang menguat," kata Shawn Cruz, Manajer Strategi Pedagang TD Ameritrade di Jersey City, New Jersey.
Laporan Bloomberg bertepatan dengan upaya berkelanjutan antara Kanada dan Amerika Serikat untuk mengubah Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) menjelang tenggat waktu pada Jumat.
Adapun saham Apple Inc (AAPL.O) ditutup menuju rekor tertinggi, naik 0,9 persen menyusul berita bahwa perusahaan ini akan mengungkap iPhone terbarunya pada 12 September.
Saham Amazon.com (AMZN.O) naik 0,2 persen, ditutup di atas USD 2.000 untuk pertama kalinya dan mendekati untuk menjadi perusahaan AS kedua setelah Apple yang memiliki nilai pasar mencapai USD$ 1 triliun.
Adapun saham yang mencatatkan penurunan yakni milik Campbell Soup Co (CPB.N) yang merosot 2,1 persen. Ini setelah perusahaan mengumumkan rencana untuk menjual unit makanan dingin dan segar internasional miliknya dan membuka peluang untuk menjual seluruh bisnisnya.
Kemudian Saham Abercrombie & Fitch Co (ANF.N) yang anjlok 17,2 persen setelah pengecer pakaian itu tak mencapai penjualan sesuai harapan.
Pengecer diskon Dollar Tree Inc (DLTR.O) dan Dollar General Corp (DG.N) turun 15,5 persen dan 1,0 persen, masing-masing, setelah keduanya memberikan pandangan laba yang mengecewakan pada kekhawatiran margin.
Pada volume perdagangan di Bursa AS mencapai 5,99 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 6,09 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
Sektor Saham Teknologi Angkat Wall Street
Bursa saham Amerika Serikat atau wall street memperpanjang reli dengan indeks saham S&P 500 dan Nasdaq capai rekor tertinggi dalam sesi keempat berturut-turut.
Penguatan wall street didorong saham teknologi dan negosiasi perdagangan yang menjanjikan sehingga memicu perhatian investor.
Pada perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik 60,55 poin atau 0,23 persen ke posisi 26.124,57. Indeks saham S&P 500 bertambah 16,52 poin atau 0,57 persen ke posisi 2.914,04. Indeks saham Nasdaq naik 79,65 poin atau 0,99 persen ke posisi 8.109,69.
Baca Juga
Saham Apple menguat, dan memimpin penguatan di sektor saham teknologi. Produsen iPhone ini mencatatkan kenaikan harga saham tertinggi sepanjang masa di posisi USD 222,98.
Sementara itu, saham masuk FAANG juga mendapatkan momentuk usai Morgan Stanley dongkran target harga saham Amazon.com dan Alphabet Inc.
Saham Amazon naik 3,4 persen, dan membukukan kenaikan terbesar di sektor saham konsumsi. Bahkan saham Amazon mendekati posisi Apple yang catatkan kapitalisasi pasar saham terbesar dengan nilai capai USD 1 triliun. Sementara itu, saham Facebook Inc dan Netflix ditutup melemah.
Selain itu, Kanada tampaknya mengambil pendekatan lebih damai terhadap pembicaraan yang sedang berlangsung dengan Amerika Serikat. Hal ini bertujuan untuk menyelamatkan kesepakatan perdagangan bebas Amerika Utara (NAFTA) usai AS capai kesepakatan dengan Meksiko.
"Situasi negosiasi perdagangan menambah reli di bursa saham AS," ujar Wakil Presiden Direktur BB&T Wealth Management, Bucky Hellwig seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (30/8/2018).
Jelang berakhirnya musim panas, volume perdagangan tipis melanda pasar dan menguntungkan di wall street.
"Secara historis, volume tipis pada Agustus umumnya berkontribusi pada bulan yang lemah dalam kinerja. Akan tetapi, fundamental yang menguntungkan dalam beberapa minggu terakhir telah membalikkan pola itu," tutur dia.
Advertisement