Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) meramalkan posisi defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada akhir 2018 berada di level 2,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Sebagai informasi, CAD saat ini sudah mencapai 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2018 tercatat sebesar USD 8 miliar.
Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu yang hanya sebesar 1,96 persen dan juga lebih besar dibandingkan dengan kuartal I-2018 yang hanya sebesar 2,2 persen dari PDB atau USD 5,5 miliar.
Baca Juga
Advertisement
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengaku optimis defisit CAD akan menurun di akhir tahun. "Tentu kita perhitungkan. Kita akan perhitungkan USD 2,2 M akan turun," kata Perry saat ditemui di mesjid kompleks BI, Jakarta, Jumat (31/8/2018).
Keoptimisan tersebut bukan tanpa alasan. Perry meyakini aturan mengenai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) serta kenaikan devisa dari sektor industri pariwisata akan mampu mengibati defisit CAD yang membengkak.
"Penggunaaan TKDN, lalu kenaikan pariwisata, sehingga untuk tahun ini CAD bisa mengarah di 2,5 persen dari PDB," ujarnya.
Selain itu, Perry juga menegaskan penerbitan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 66 Tahun 2018 yang mengatur pemberian insentif pada minyak kelapa sawit (biodiesel) yang dicampur seluruh jenis solar, untuk menjalankan program campuran 20 persen Biodiesel dengan solar (B20) dapat menyehatkan CAD sebab dapat menekan impor.
"Sudah sering diumumkan dengan langkah B20 bisa menurunkan impor tahun ini USD 2,2 miliar, tahun depan ditambah ekspor totalnya ada tambahan devisa sekitar hampir USD 9-10 miliar."
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
Pangkas Defisit Transaksi Berjalan, BI Kumpulkan 350 Investor Singapura
Bank Indonesia (BI) menggelar Indonesia Investment Day di Singapura pada Jumat (31/8/2018) ini. Gelaran ini mengundang lebih dari 350 investor agar mau menanamkan modalnya di Indonesia sehingga bisa menjaga defisit transaksi berjalan.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menjelaskan, acara Indonesia Investment Day ini digagas bersama Bank Indonesia, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura dan juga Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Acara ini bertujuan untuk menarik investor yang ada di Singapura maupun investor yang punya kantor perwakilan di Singapura untuk berinvestasi di Indonesia.
Hadir juga 8 pemerintah daerah yang telah siap untuk menawarkan potensi daerah kepada para investor tersebut. Pemerintah daerah tersebut adalah Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Kepulauan Riau, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dalam catatan BI, telah mendaftar lebih dari 350 investor Singapura untuk mengikuti acara ini. "Sebenarnya yang berminat lebih banyak tetapi terpaksa kami tutup pendaftarannya karena mengingat kapasitas yang ada," jelas dia seperti ditulis Jumat (31/8/2018).
Dalam acara ini, pemerintah daerah akan menerangkan potensi daerah yang bisa dibangun para investor tersebut.
Untuk BI akan memberikan gambaran makro dan juga potensi pertumbuhan ekonomi daerah ke depan. Sedangkan BKPM akan memberikan penjelasan mengenai kemudahan perizinan.
Mirza melanjutkan, tujuan jangka panjang dari acara ini adalah mendorong terjadinya investasi masuk ke indonesia dengan target untuk memberikan pasokan valuta asing (valas).
"Jadi valas datangnya bisa dari ekspor, bisa dari penanaman modal asing (PMA) yang masuk ke Indonesia dan bisa juga dari investasi portofolio," kata dia.
"Selama ini BI aktif mengundang investasi portofolio tapi kami sekarang berusaha untuk mengurangi defisit transaksi berjalan dengan mendorong investasi yang berorientasi ekspor dan investasi di pariwisata," tambah dia.
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
Advertisement