Rupiah Kembali Tertekan, BI Tingkatkan Intervensi Pasar

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menegaskan, pihaknya sudah intervensi Rp 3 triliun di pasar SBN.

oleh Merdeka.com diperbarui 31 Agu 2018, 15:49 WIB
Ketua Umum Pengurus Pusat lSEl periode 2018-2021 Perry Warjiyo

Liputan6.com, Jakarta - Rupiah kembali merosot tajam terhadap dolar Amerika Serikat. Saat ini posisi rupiah berada pada level 14.700 terhadap dolar AS.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menegaskan, pihaknya tetap berkomitmen menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di pasar.

"Saya menegaskan komitmen BI sangat kuat jaga stabilitas ekonomi termasuk nilai tukar rupiah," kata Perry di mesjid kompleks BI, Jumat (31/8/2018).

Dia mengungkapkan BI telah meningkatkan intensitas intervensinya di pasar. "Khususnya dalam dua hari ini kita meningkatkan volume intervensi valas bahkan sejak kemarin dari pagi sampai sore kita lakukan intervensi di pasar valas," ujar dia

Selain itu, dia juga mengungkapkan BI telah memborong Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder.

"Tadi pagi menjelang jam 11 berapa yang kita beli 3 triliun itu hampir semua yang dijual asing kita beli," kata dia.

BI juga akan melakukan lelang swap dengan target cukup besar dalam rangka langkah-langkah stabilisasi rupiah.

"Hari ini kita juga terus secara buka lelang fx swap target 400 juta insyaallah yang masuk lebih besar dari itu. Setiap hari kita juga buka window mengenai swap hedging dan itu terus kita lakukan,” ujar dia.

BI dan pemerintah akan terus berkoordinasi menjaga stabilitas sistem keuangan dalam negeri. "Dan koordinasi secara erat dengan kemenkeu dan OJK pastikan stabilitas sistem keuangan, stabilitas nilai tukar tetap terjaga,” kata dia.

Selain itu, dia juga meyakinkan fundamental ekonomi Indonesia masih baik-baik saja. "Yakinkan bahwa kondisi ekonomi kita  kuat dan tahan, dan tentu saja kita akan tetap waspadai apa yang terjadi di negara lain seperti Turki dan Argentina sejauh ini kami tentu saja ketahanan ekonomi kita cukup kuat,” ujar dia.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 


Menko Darmin Paparkan Penyebab Rupiah hingga Tembus 14.700 per Dolar AS

Menko Perekonomian Darmin Nasution bersama sejumlah menteri memberi keterangan pers RAPBN 2019 di Media Center Asian Games, JCC Jakarta, Kamis (16/8). Pada konpers tersebut nilai Rupiah dipatok Rp 14.400/US dalam RAPBN 2019. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hingga 14.700 disebabkan oleh krisis yang terjadi di Argentina.

Dia menegaskan, pelemahan rupiah ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga beberapa negara lain di Asia Tenggara. 

"Iya (dominan karena Argentina). Nantinya coba lihat kurs di semua negara di Asia Tengara, Malaysia sama Thailand itu biasanya hampir enggak ada tertekan tapi kemarin dia juga melemah mata uangnya. Semua negara di kawasan ini juga alami itu," ujar dia di Kantor Kemenko, Jakarta, Jumat 31 Agustus 2018.

Darmin mengatakan, krisis Argentina cukup membuat pasar terkejut. Sebab, negara tersebut sempat mengajukan pinjaman kepada Dana moneter internasional atau International Monetary Fund (IMF) sebesar USD 50 miliar.

"Dia itu sudah dapat bantuan IMF sebetulnya USD 50 miliar. Orang anggap dia mestinya akan survive akan selamat dengan itu tapi ternyata gerakan capital outflow masih sekarat. Makanya dia naikkan tingkat bunga enggak tanggung tanggung sampai 60 persen. Jadi itu sudah tingkat yang luar biasa besar nya sehingga biasanya kalau sudah begitu biasanya pasar jitery (gelisah)," ujar dia. 

Meski demikian, Darmin mengatakan dampak krisis Argentina masih lebih minim jika dibandingkan dengan efek krisis Turki terhadap Indonesia. Pemerintah akan terus mengawasi perkembangan krisis Argentina.

"Artinya secara umum itu akan ada dampaknya dulu. Sampai dia kemudian ada jalan keluar nya bisa direm di sana baru kemudian dia tenang secara global. Coba saja negara paling maju pun, lihat Kanada, Inggris, semua kena bukan cuma negara berkembang," papar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya