Liputan6.com, Jakarta Rupiah terus melemah terhadap Dolar Amerika hingga menembus 14.710 per Dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini dinilai berpengaruh pada instrumen investasi seperti reksadana. Saat ini reksadana berbasis Dolar mengalami kenaikan.
Presiden Direktur Manulife Asset Management Indonesia (MAMI), Legowo Kusumonegoro kondisi reksadana masih tetap positif di tengah Rupiah yang sudah menembus level 14.700.
Advertisement
"Kalau saya lihat perkembangan reksadana cukup positif kalau jumlah unit penyertaannya itu nambah banyak. Kalau hanya lihat Rupiah atau dana kelolaan nya memang terkoreksi turun karena pasar sih. Jadi mungkin harus dilihat saat pasar bergejolak orang akan keluar dari pasar reksadana ternyata enggak, jadi investor kita cukup percaya jika pertumbuhan pasar modal kita oke," kata dia saat ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (31/8/2018).
Dia menambahkan, depresiasi yang dialami oleh Rupiah merupakan fenonemena global. Meski demikian, kondisi Rupiah pun masih relatif stabil meski Dolar meningkat.
"Rupiah ini sebetulnya tidak melemah sendirian kalau dibandingkan dengan mata uang Asia, Asean, negara berkembang kecuali Dolar," imbuhnya.
Dia menjelaskan, meski tengah terdepresiasi namun Rupiah masih jauh lebih tangguh dibanding mata uang di beberapa negara lain.
"Kita cukup kuat jika dilihat PDB (Produk Domestik Bruto) kita masih (bagus) pertumbuhan nya. Tapi kalau melawan US Dolar larinya kenceng banget memang. Ini bukan hanya masalah Indonesia saja tapi semua mata uang negara-negara dunia," tandasnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
Menko Darmin Paparkan Penyebab Rupiah Sentuh 14.700 per Dolar AS
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hingga 14.700 disebabkan oleh krisis yang terjadi di Argentina.
Dia menegaskan, pelemahan mata uang rupiah tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga beberapa negara lain di Asia Tenggara.
"Iya (dominan karena Argentina). Nantinya coba lihat kurs di semua negara di Asia Tengara, Malaysia sama Thailand itu biasanya hampir enggak ada tertekan tapi kemarin dia juga melemah mata uangnya. Semua negara di kawasan ini juga alami itu," ujar dia di Kantor Kemenko, Jakarta, Jumat (31/8/2018).
Baca Juga
Darmin mengatakan, krisis Argentina cukup membuat pasar terkejut. Sebab, negara tersebut sempat mengajukan pinjaman kepada Dana moneter internasional atau International Monetary Fund (IMF) sebesar USD 50 miliar.
"Dia itu sudah dapat bantuan IMF sebetulnya USD 50 miliar. Orang anggap dia mestinya akan survive akan selamat dengan itu tapi ternyata gerakan capital outflow masih sekarat. Makanya dia naikkan tingkat bunga enggak tanggung tanggung sampai 60 persen. Jadi itu sudah tingkat yang luar biasa besar nya sehingga biasanya kalau sudah begitu biasanya pasar jitery (gelisah)," ujar dia.
Meski demikian, Darmin Nasution mengatakan dampak krisis Argentina masih lebih minim jika dibandingkan dengan efek krisis Turki terhadap Indonesia. Pemerintah akan terus mengawasi perkembangan krisis Argentina.
"Artinya secara umum itu akan ada dampaknya dulu. Sampai dia kemudian ada jalan keluar-nya bisa direm di sana baru kemudian dia tenang secara global. Coba saja negara paling maju pun, lihat Kanada, Inggris, semua kena bukan cuma negara berkembang," papar dia.
Reporter: Anggun P.Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Advertisement