Asian Games 2018: Pelatih Indonesia Keluhkan Minim Dukungan dari Petinju Pro

Indonesia dipastikan tanpa medali emas di cabor tinju Asian Games 2018. Dua harapan terakhir.

oleh Ahmad Fawwaz Usman diperbarui 01 Sep 2018, 09:40 WIB
Aksi petinju asal Indonesia Sunan Agung Amoragam saat melawan Mirazizbek Mirzakhalilov asal Uzbekistan di babak semifinal kelas bantam (56 kg) Asian Games 2018 di JIExpo Kemayoran Jakarta pada Jumat (31/8/2018). (Bola.com/Peksi Cahyo)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia dipastikan tanpa medali emas di cabor tinju Asian Games 2018. Dua harapan terakhir, yakni Huswatun Hasanah dan Sunan Agung Amoragam, kandas di semifinal yang dihelat pada Jumat (31/8/2018).

Huswatun yang lebih dulu gugur pada semifinal kelas ringan 60 kg putri Asian Games 2018. Melawan petinju asal Thailand, Sudaporn Seesondee, Huswantun gagal memberikan perlawanan yang berarti. Juri memutuskan kemenangan 5-0 untuk Seesondee. 

Setelah Huswatun, giliran Agung yang gagal memberikan kejutan di semifinal kelas Bantam 56 kg putra. Melawan petinju Uzbekistan, Mirazizbek Mirzakhalilov, skor 0-5 harus diterima petinju berusia 20 tahun tersebut.

Menurut pelatih tim tinju Indonesia, Adi Suwandana, banyak faktor yang membuat anak asuhnya gagal membuat kejutan di Asian Games 2018. Namun, faktor utama adalah minimnya dukungan yang didapat timnya saat masa persiapan.

Tak hanya itu, saat mereka meminta bantuan petinju pro untuk jadi lawan sparring, hanya penolakan yang didapat mereka. "Kalau dari petinju-petinju nasional untuk sparring ya tidak mungkin mau. Kita undang juga petinju-petinju pro untuk sparring, tidak begitu banyak yang mau. Paling banyak dua ronde dengan hitungan bayar membayar," jelas Adi.

 


Membosankan

Ekpresi kecewa petinju Indonesia Sunan Agung Amoragam usai dikalahkan oleh Mirazizbek Mirzakhalilov asal Uzbekistan di babak semifinal kelas bantam (56 kg) Asian Games 2018 di JIExpo Kemayoran Jakarta pada Jumat (31/8/2018). (Bola.com/Peksi Cahyo)

Selama masa persiapan menuju Asian Games 2018, menurutnya menu pelatihan yang diberikan kepada anak asuhnya sangat membosankan dan tidak tepat guna. Itu karena rutinitas mereka hanya diisi dengan latihan dan latihan.

Padahal, mereka butuh uji coba untuk mengevaluasi penampilan, mengetahui apa kelebihan, dan memahami apa kekurangan mereka. Adi dan tim pelatih pun sudah melakukan berbagai upaya, sayangnya tak ada dukungan yang didapat.

"Kami itu inginnya prestasi, tapi jika tidak didukung mau bagaimana. Saya tidak minta ke luar negeri. Tapi anak-anak ini butuh banyak jam tanding, bisa di dalam negeri, kita undang petinju luar," Adi menjelaskan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya