Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu lanjutkan penguatan selama sepekan. Hal ini didorong kepercayaan investor di negara berkembang.
Mengutip laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia, Sabtu (1/9/2018), IHSG menguat 0,8 persen dari posisi 5.968 pada 24 Agustus 2018 menjadi 6.018 pada 31 Agustus 2018.
Penguatan IHSG tersebut didorong saham berkapitalisasi besar yang masuk indeks LQ45 menguat 1,3 persen dan saham kapitalisasi kecil mendaki 0,7 persen.
Penguatan IHSG juga didukung dari aksi beli investor asing capai USD 71,9 juta atau sekitar Rp 1,06 triliun (asumsi kurs Rp 14.752 per dolar Amerika Serikat).
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu, indeks BINDO yang menunjukkan kinerja surat utang cenderung mendatar. Imbal hasil surat utang atau obligasi pemerintah bertenor 10 tahun naik dari 7,94 persen menjadi 8,2 persen. Nilai tukar rupiah berada di posisi 14.710 per dolar AS. Hingga Rabu, investor asing beli obligasi sekitar USD 78,9 juta atau sekitar Rp 1,16 triliun.
Ada sejumlah faktor yang pengaruhi pasar keuangan termasuk IHSG dalam sepekan. Dari eksternal, sentimen perang dagang masih jadi sorotan. Pelaku pasar mencermati penerapan pengenaan tarif impor barang China oleh Amerika Serikat (AS) senilai USD 200 miliar yang mungkin dilakukan pada pekan depan.
Hal ini terjadi usai pertemuan dua negara tersebut tidak menemui hasil. China bersiap untuk membalas AS dengan barang yang diimpor dari AS. Selain itu, Presiden AS Donald Trump juga menyatakan tidak ada waktu untuk mulai kembali perundingan dengan China.
Perusahaan AS dan masyarakat memiliki waktu hingga 6 September untuk mengajukan komentar atas proposal tarif yang diajukan. Trump akan memberlakukan tarif begitu batas waktu berlalu. Trump juga berbicara seolah-olah Uni Eropa menjadi target berikutnya. "Hampir buruk dengan China, hanya lebih kecil," ujar dia.
Donald Trump juga mengancam akan keluar dari Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO). Ini sangat melemahkan sistem perdagangan global dengan kekuatan Eropa dan AS yang telah membangunnya.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi AS sedikit lebih kuat dari yang diperkirakan pada kuartal II. Bahkan kinerja pertumbuhan ekonomi AS terbaik dalam hampir empat tahun. Ini seiring pengeluaran bisnis dan impor menurun.
Departemen Perdagangan AS menyebutkan produk domestik bruto (PDB) AS tumbuh 4,2 persen pada kuartal II 2018 dari estimasinya 4,1 persen. Bisnis di AS menghabiskan lebih banyak anggaran untuk perangkat lunak dan negara impor lebih sedikit minyak.
* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini
Sentimen Lainnya
Sementara itu, pimpinan bank sentral AS atau the Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengatakan, ekspansi ekonomi AS yang kuat akan mendorong kenaikan suku bunga secara bertahap. Hal ini membuka jalan untuk menaikkan suku bunga pada September dan Desember.
Pelaku pasar memperkirakan the Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan sekitar 25 basis poin. Diperkirakan, suku bunga acuan bank sentral AS akan menjadi 2 persen-2,5 persen.
Sentimen eksternal lainnya yang pengaruhi pasar yaitu krisis ekonomi Argentina. Mata uang Argentina turun tajam pada Kamis pekan ini. Mata uang Argentina tertekan mendorong bank sentral Argentina menaikkan suku bunga acuan jadi 60 persen usai gagal menghentikan kekhawatiran investor.
Sebelumnya, Presiden Argentina Mauricio Macri mengejutkan dengan permohonan pinjaman dari Dana Moneter Internasional atau IMF untuk pertimbangkan permintaan itu. Argentina memiliki beberapa pertahanan di tempat usai amankan pinjaman IMFsebesar USD 50 miliar yang disepakati pada Juni.
Dari internal, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) merosot ke level terendah dalam dua dekade dan mendorong bank sentral meningkatkan pengawasan usai krisis terjadi di Argentina dan Turki.
Nilai tukar rupiah melemah ke posisi 14.750 per dolar AS yang merupakan level terlemah sejak krisis keuangan Asia 1998. Sementara itu, imbal hasil obligasi naik 10 basis poin ke level tertinggi sejak 2016. Ini karena investor melepas aset di Turki dan Argentina. Negara dengan defisit berjalan besar di Indonesia dan India juga terkena imbas sehingga menekan mata uang masing-masing negara.
Krisis yang terjadi di Turki dan Argentina mendorong Bank Indonesia menaikkan suku bunga sejak pertengahan Mei. Ini mendorong dana investor asing kembali ke pasar surat utang. Bank sentral juga sedang melakukan intervensi di pasar valuta asing dan obligasi.
Pemerintah juga sedikit menopang pasokan dolar AS dengan umumkan berbagai rencana dengan batasi impor barang konsumsi, percepat penggunaan biodiesel berbasis sawit untuk pangkas impor bahan bakar. Selain itu, meningkatkan pariwisata dan ekspor.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga berjanji untuk atasi defisit transaksi berjalan Indonesia yang semakin melebar. Diperkirakan defisit transaksi berjalan akan capai sekitar USD 25 miliar pada 2018. Pemerintah pun akan meningkatkan sektor pariwisata dan penggunaan biodiesel lokal untuk membantu kurangi impor bahan bakar secara keseluruhan. Indonesia termasuk produsen minyak sawit terbesar di dunia.
Pemerintah pun mengeluarkan peraturan untuk perluas penggunaan 20 persen biodiesel campuran berbasis minyak sawit ke semua sektor yang mulai berlaku 1 September.
Selain itu, pemerintah juga mendorong menaikkan kandungan biodiesel 30 persen di sektor transportasi. Langkah ini dapat selamatkan pundi negara sebanyak USD 11 miliar untuk impor minyak.
Pemerintah juga optimistis dapat mencapai target menarik 17 juta wisatawan asing. Pemerintah akan bangun 10 Bali baru dan menarik wisatawan lebih banyak dari China.
Advertisement
Program Perluasan Biodiesel 20 Persen Bakal Dorong Sektor Perkebunan
Lalu hal apa yang perlu dicermati ke depan?
Salah satunya penerapan perluasan penggunaan biodiesel 20 persen (B20). Di tengah upaya kurangi defisit neraca berjalan mulai 1 September, Indonesia bermaksud menggunakan bahan bakar biodiesel campuran wajib untuk semua kendaraan dan alat berat.
Diperkirakan konsumsi biodiesel akan meningkat menjadi 4,5 juta kilo liter (KL) pada 2018 dan 6 juta KL pada 2019. Di Indonesia, penggunaan B20 wajib sudah ada sejak 2016. Akan tetapi, pelaksanaan program lemah terutama untuk transportasi non PSO atau kewajiban pelayanan publik, industri, pembangkit listrik lantaran sektor itu tidak menerima subsidi untuk penggunaan biodiesel.
Satu-satunya subsidi yang diterima oleh sektor transportasi yaitu PSO. Tak hanya itu, para pengguna juga menyesuaikan mesin untuk penggunaan B20. Adapun perluasan kebijakan B20 akan memberikan subsidi untuk biodiesel untuk semua kendaraan dan alat berat.
Perkiraan kenaikan konsumsi biodiesel dapat meningkatkan permintaan minyak sawit dari sektor biodiesel domestik sebesar 2 juta ton pada 2018 dan 1,5 juta ton pada 2019. Produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sekitar 38,9 juta ton pada 2018. Ini akan menjadi katalis positif bagi defisit transaksi berjalan Indonesia.
Ashmore melihat harga minyak kelapa sawit akan dipengaruhi dari pemulihan ekonomi India dan program B20. Ini akan membuat sektor perkebunan terutama minyak kelapa sawit menarik. Sektor crude palm oil (CPO) diperdagangkan pada 13,9 kali untuk price earning ratio (PER).
Saksikan video pilihan di bawah ini: