Akal-akalan Dokter Koruptor Vaksin Meningitis Bisa Buron Selama 4 Tahun

Penemuan Daftar Pencarian Orang (DPO) atau buronan kasus korupsi vaksi meningitis di Pekanbaru itu berdasarkan informasi dari masyarakat.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Sep 2018, 16:00 WIB
Selama dalam pelarian, buronan kasus vaksin meningitis sempat bekerja sebagai dosen, bahkan berpraktik dokter. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Sempat buron selama empat tahun, pelarian Iskandar (52), terpidana dalam kasus korupsi pemungutan biaya vaksin meningitis terhadap calon jemaah umrah di Pekanbaru pada tahun 2011 sampai 2012, berakhir.

Tentu, selama empat tahun, Iskandar harus memutar untuk menghindar dari kejaran aparat. Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara mengungkapkan, Iskandar sempat menyamar sebagai dosen di STIKES Senior Medan.

"Selain itu, buronan selama 7 bulan tersebut bekerja sebagai dokter di Rumah Estomihi dan Klinik Bunda Medan," kata Kasi Penkum Kejati Sumut Sumanggar Siagian di Medan, Sabtu, 1 September 2018.

Perkara terpidana kasus korupsi vaksin meningitis, Iskandar, menurut dia, telah berkekuatan hukum tetap berdasarkan putusan Mahkamah Agung (MA) Nomor: 582.K/Pid.Sus/2014 tanggal 21 Mei 2014.

"Buronan Kejari Pekanbaru itu diamankan Tim Intelijen yang dipimpin langsung oleh Asintel Kejati Sumut Leo Simanjuntak di kompleks Taman Umar Asri Blok B 10 Keluarga Glugur Darat 1 Kecamatan Medan Timur, Jumat, 29 Agustus 2018, sekitar pukul 18.50 WIB," ujar Sumanggar, dilansir Antara, Minggu (2/9/2018).

Ia mengatakan bahwa penemuan Daftar Pencarian Orang (DPO) atau buronan kasus korupsi vaksin meningitis itu berdasarkan informasi dari masyarakat.

 

 

* Saksikan keseruan Upacara Penutupan Asian Games 2018 dan kejutan menarik Closing Ceremony Asian Games 2018 dengan memantau Jadwal Penutupan Asian Games 2018 serta artikel menarik lainnya di sini.


Sepak Terjang Bersama Rekan

Ilustrasi Korupsi (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Kejaksaan lalu melakukan pengintaian (surveilance) selama 2 minggu, dan akhirnya ditemukan buronan itu di kompleks Taman Umar Asri.

"Terpidana tersebut telah dilakukan pemanggilan sebanyak tiga kali oleh Kejari Pekanbaru. Namun, tidak diindahkan dan akhirnya ditetapkan DPO," ucapnya.

Sumanggar menjelaskan bahwa Kejaksaan Tinggi Riau juga mengeluarkan surat perihal permohonan pencarian terpidana atas nama dr. Iskandar, Nomor: R-330/N.4/Dsp.3/08/2018 tanggal Agustus 2018 kepada Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara.

Terpidana Iskandar, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Pekanbaru, bersama-sama dengan Mariane Donse boru Tobing melakukan tindak pidana korupsi dalam pemungutan biaya pemberian vaksin maningitis kepada jemaah calon umrah pada tahun 2011 s.d. 2012. Akibat perbuatannya, negara dirugikan sebesar Rp291.240.000,00.

Buron Iskandar merupakan atasan dari terpidana Mariane yang telah ditangkap oleh Kejati Sumut di Tarutung, 27 Juli 2018, kemudian diserahkan ke Kejati Riau.

"Buron Iskandar juga telah diserahkan Kejati Sumut ke Kejati Riau, Kamis (31/8) pukul 12.30 WIB, dan langsung dibawa ke Pekanbaru," kata juru bicara Kejati Sumut itu.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya