Liputan6.com, Rio de Janeiro - Kobaran api besar melahap sebagian besar bangunan Museum Nasional Brasil yang berusia 200 tahun di Rio De Janeiro pada Minggu, 2 September, tengah malam
Hingga berita ini diturunkan, sisa api disebut masih terlihat di beberapa bagian bangunan lembaga ilmiah tertua di Brasil itu. Petugas pemadam kebakaran berupaya sekuat tenaga mengendalikan api yang mengancam lebih dari 20 juta koleksi barang ilmiah.
Dikutip dari BBC pada Senin (3/9/2018), belum jelas apakah ada yang terluka dalam kebakaran tersebut. Museum, yang dulunya berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga Kerajaan Portugis, merayakan peringatan 200 tahun awal tahun ini.
Baca Juga
Advertisement
Foto dan video yang disiarkan di televisi Brasil menunjukkan bagaimana api, yang diyakini mulai berkobar setelah fasilitas ilmiah publik itu tutup, tampak menyebar ke seluruh bangunan gedung. Penyebab kebakaran belum diketahui.
Presiden Brasil Michel Temer meng-twit bahwa kebakaran itu adalah "hari yang menyedihkan bagi semua orang Brasil", dan menambahkan, "Nilai sejarah kita tidak dapat diukur oleh kerusakan pada bangunan."
Dalam wawancara dengan stasiun televisi Brasil Globo, direktur museum menyebut kebakaran tersebut sebagai tragedi budaya.
Museum ini menyimpan ribuan barang yang berkaitan dengan sejarah Brasil dan negara-negara lain termasuk artefak Mesir, menurut situs webnya.
Koleksi sejarah alaminya, termasuk tulang dinosaurus yang penting dan kerangka manusia berusia 12.000 tahun dari seorang wanita, yang tertua yang pernah ditemukan di benua Amerika.
Simak video pilihan berikut:
Brasil Waspada Campak
Sementara itu di lain kabar, para pejabat kesehatan Brasil menyatakan bahwa lebih dari empat juta anak-anak di sana masih perlu mendapat imunisasi campak.
Dikutip dari VOA Indonesia, lebih dari 1.380 orang terinfeksi campak dalam wabah yang dikaitkan dengan kedatangan penderita yang mengungsi dari Venezuela.
Untuk menghentikan penyebaran penyakit itu, Kementerian Kesehatan Brasil, sejak Agustus, melancarkan kampanye untuk mengimunisasi anak-anak.
Di antara negara-negara bagian yang paling rendah tingkat imunisasinya adalah Roraima, satu dari dua negara bagian di perbatasan dengan Venezuela, di mana para penderita terkonsentrasi.
Layanan kesehatan di negara tetangga Brasil itu telah hancur di tengah-tengah gejolak ekonomi dan politik, menyebabkan lebih dari satu juta orang mengungsi dari Venezuela.
Krisis ekonomi parah, kelangkaan bahan pangan, dan ketidakpastian memaksa puluhan ribu orang Venezuela telah bermigrasi ke Brasil.
Advertisement