Liputan6.com, Jakarta Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro optimis target inflasi sebesar 3,5 persen bisa tercapai di akhir tahun ini. Sebagai informasi, saat ini inflasi berada di level 3,18 persen.
"Perkiraan kami sekitar 3,5 persen masih bisa dicapai," kata Menteri Bambang saat ditemui di kantornya, Senin (3/9/2018).
Advertisement
Dia mengatakan, untuk mengendalikan inflasi, terutama pada volatile food yang harus diperhatikan adalah proses produksi dan distribusi pangan.
"Itu masalah berapa besar kebutuhan dan berapa besar supplainya. Supply itu tidak cuma bicara soal produksi tetapi bicara juga soal distribusi. Selalu upaya mengurangi inflasi harus fokus kepada produksi dan distribusi dari bahan pangan yang bergejolak," ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengaku telah memiliki sejumlah langkah dalam melakukan upaya pengendalian inflasi agar berada di level 3,5 persen. Salah satunya adalah dengan mengendalikan volatile food atau inflasi harga pangan.
"Langkah pendeknya adalah melakukan volatile food atau inflasi harga pangan dengan menjaga posisi cadangan beras juga maupun pasokan komoditas pangan, daging, ayam ras maupun telur dan lain lain termasuk kerja sama antar daerah," kata Perry saat ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,Jakarta, Jumat (24/8).
Untuk langkah panjangnya, Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) juga telah memfokuskan kepada 4K. Yakni melalui keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, maupun koordinasi dan komunikasi yang efektif.
"Itu adalah langkah-lngkah jangka panjangnya seperti itu. Dengan fokus sesuai arahan Pak Presiden (Joko Widodo) dengan dua hal penting adalah untuk memastikan ketersediaan pasokan, melalui optimalisasi sarana produksi pertanian maupun infrastruktur pasca panen maupun lain-lain, itu fokus dilakukan termasuk perdagangan antar daerah dan juga. Dan menjadi program TPIP dan TPID," sebut Perry.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukitapun menyebut akan terus melakukan langkah dalam mengendalikan inflasi pangan.
"Pasti kita akan kendalikan volatile food. Itu pasti. Jadi kita akan siapkan mencadangkan dan mempersiapkan untuk melakukan berbagai langkah operasi pasar apabila diperlukan," kata Enggar.
"Apabila tidak diperlukan kita berjalan saja tetapi begitu kondisinya mengharuskan berbagai langkah untuk operasi dan penetrasi pasar maka kami siapkan," tutupnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Pertama pada 2018, BPS Catat Agustus Alami Deflasi
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2018 Indeks Harga Konsumen mengalami deflasi sebesar 0,05 persen.
Ini merupakan deflasi pertama pada 2018, setelah sejak awal tahun terus mengalami inflasi. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pada 2017, deflasi terjadi sebanyak dua kali yaitu Maret dan Agustus, sedangkan pada 2016 terjadi sebanyak tiga kali yaitu pada Februari, April dan Agustus. Namun pada tahun ini, deflasi baru terjadi pada Agustus.
"Pada Agustus, terjadi deflasi sebesar 0,05 persen. Ini merupakan deflasi pertama pada 2018," ujar dia di Kantor BPS, Senin (3/9/2018).
Baca Juga
Suhariyanto mengungkapkan, dalam tiga tahun terakhir, pada Agustus memang selalu mencatatkan tren deflasi. Namun tidak menutup kemungkinan di bulan-bulan selanjutnya akan kembali terjadi deflasi.
"Mungkin tidak pada bulan berikutnya terjadi deflasi? Ya bisa saja," kata dia.
Namun syaratnya, lanjut dia, pemerintah harus bisa menjaga harga pangan terus turun dan tidak kembali bergejolak.
"Jadi bisa saja kalau kita bisa betul-betul mengendalikan harga pangan tidak bergejolak dan menurun dari waktu ke waktu. Kalau ternyata harga-harga bahan makanan tidak bisa dikendalikan ya bisa inflasi. Di sini pengaruh besar pada bahan makanan," ujar dia.
Advertisement