IHSG Bakal Lanjutkan Tren Koreksi

Analis memprediksi IHSG bakal melemah dalam sepekan.

oleh Bawono Yadika diperbarui 04 Sep 2018, 06:31 WIB
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tampaknya akan terkoreksi untuk beberapa hari ke depan. Tren pelemahan ini, menurut analis, masih cukup besar membayangi laju IHSG sepekan ini.

Analis PT Kresna Securities William Mamudi mengatakan IHSG bakal melemah dalam sepekan.

"Tren-nya sepertinya memang bakal terus terkoreksi ya, belum ada tanda-tanda bakal positif kembali," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (4/9/2018).

Secara teknikal, kata Mamudi, IHSG diproyeksikan pada level support 5.700 dan resisten 6.100. Meski begitu, merosotnya IHSG tidak ada sangkut-paut dengan sentimen eksternal atau global.

"Depresiasi rupiah atau krisis Argentina, saya rasa nggak ada ya. Isu lama juga kan pelemahan nilai tukar ini. Ya mungkin ada tapi kecil kontribusinya," kata dia.

Pada kesempatan ini, Mamudi cenderung menyarankan saham di sektor komoditas atau pertambangan.

Saham tersebut antara lain PT Aneka Tambang tbk (ANTM) dan juga PT Adaro Energy Tbk (ADRO).  "Dua itu saja saya pikir rekomendasi hari ini," tutupnya.

 

Penutupan IHSG

Suasana di salah satu ruangan di kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah. IHSG tertekan di tengah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang tembus 14.800.

Pada penutupan perdagangan saham, Senin (3/9/2018), IHSG melemah 50,88 poin atau 0,85 persen ke posisi 5.967,57. Indeks saham LQ45 menurun 1,09 persen ke posisi 941,49. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.

Ada sebanyak 261 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sementara itu, 133 saham menguat dan 107 saham lainnya diam di tempat.

Pada akhir perdagangan, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.026,91 dan terendah 5.954,92. Transaksi perdagangan saham tidak begitu ramai. Total frekuensi perdagangan saham 269.405 kali dengan volume perdagangan 5,9 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 4,9 triliun. Investor asing jual saham Rp 260,92 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.814.

10 sektor saham tertekan. Sektor saham industri dasar turun 1,91 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham aneka industri melemah 1,79 persen dan sektor tambang merosot 1,7 persen.

Saham-saham yang catatkan penguatan antara lain saham AKSI menguat 25 persen ke posisi 675 per saham, saham NASA melonjak 16,90 persen ke posisi 498 per saham, dan saham EPMT naik 12,98 persen ke posisi 1.915 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham GLOB turun 15,79 persen ke posisi 160 per saham, saham APII merosot 13,33 persen ke posisi 156 per saham, dan saham NIKL turun 10,61 persen ke posisi 2.360 per saham.

Bursa saham Asia pun kompak melemah. Indeks saham Hong Kong Hang Seng merosot 0,63 persen, indeks saham Jepang Nikkei susut 0,69 persen, indeks saham Shanghai tergelincir 0,17 persen.

Selain itu, indeks saham Singapura turun 0,19 persen dan indeks saham Taiwan susut 0,90 persen. Sedangkan indeks saham Thailand stagnan.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China, serta negosiasi perdagangan antara AS dengan Kanada dalam naungan NAFTA masih alami kebuntuan. Hal tersebut memberikan sentimen negatif dari eksternal terhadap IHSG.

"Selain itu sebabkan pelemahan nilai tukar rupiah," ujar Nafan saat dihubungi Liputan6.com.

 

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya