Fitch Pertahankan Peringkat RI Bakal Jadi Katalis Positif Rupiah

Bank Indonesia (BI) dan pemerintah berupaya menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Sep 2018, 08:20 WIB
Teller menukarkan mata uang dolar ke rupiah di Jakarta, Jumat (2/2). Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang berada di level Rp13.700 hingga Rp13.800.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) dan pemerintah berupaya menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan peringkat utang Indonesia masih layak investasi dengan prospek oleh Fitch Ratings diharapkan dapat menjadi katalis positif untuk rupiah.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah bergerak di kisaran 14.815 atau melemah 0,71 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin 3 September 2018. Sepanjang Senin pekan ini, rupiah bergerak di kisaran 14.729-14.821 per dolar AS.

Kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga melemah. Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) melemah 56 poin atau 0,38 persen dari posisi 14.711 pada 31 Agustus 2018 menjadi 14.767 pada 3 September 2018.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung melemah ikuti pelemahan sebagian besar mata uang negara berkembang usai pernyataan Presiden AS Donald Trump, yang mengatakan akan kenakan tarif impor USD 200 miliar produk Tiongkok pada pekan ini.

Selain itu, penguatan dolar AS juga ditopang oleh beberapa data ekonomi AS yang positif pada pekan lalu antara lain data produk domestik bruto (PDB) kuartal II 2018 dan data pengeluaran konsumsi pribadi inti.

"Data AS yang tersebut meningkatkan probabilitas kenaikan suku bunga AS pada rapat FOMC pada September yang akan datang," ujar Josua lewat pesan singkat yang diterima Liputan6.com, Selasa (4/9/2018).

Ia menambahkan, sentimen negatif pada mata uang negara berkembang dipengaruhi oleh krisis mata uang Turki dan Argentina.

Sentimen negatif pada dua negara itu juga merembet negara berkembang yang alami pelebaran defisit antara lain India dan Indonesia.

Josua menuturkan, dalam jangka pendek BI akan tetap kelola stabilitas nilai tukar rupiah dengan melakukan dua intervensi di pasar valas dan obligasi.

Sementara itu, dalam rapat koordinasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan sepakati upaya mendorong pengembangan sektor pariwisata yang diharapkan dapat percepat penerimaan devisa.

"Pada gilirannya dapat perbaiki defisit transaksi berjalan sehingga dorong stabilitas nilai tukar rupiah dalam jangka pendek," kata Josua.

Josua perkirakan, BI akan kembali lagi perketat kebijakan moneter dalam jangka pendek jika volatilitas nilai tukar rupiah cenderung meningkat. Hal ini untuk meningkatkan kepercayaan pelaku pasar.

Selain itu, mempertimbangkan perbaikan fundamental ekonomi, afirmasi dari lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings terhadap peringkat utang Indonesia yang masih layak investasi dengan prospek stabil, Josua menambahkan, pemerintah dan BI akan dapat kelola stabilitas rupiah.  "Sehingga dapat redam pelemahan rupiah di bawah level 15.000 per dolar AS," tutur dia.

Mengutip laman Bloomberg, Head of Trading for Asia Pacific Oanda Corp, Stephen Innes menuturkan, neraca perdagangan defisit dan ketergantungan terhadap impor minyak menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Sementara itu, RHB Banking prediksi, nilai tukar rupiah dapat kembali menguat ke posisi 14.500 per dolar AS hingga akhir 2018. "Menekan defisit transaksi berjalan dan fiskal dapat kurangi tekanan nilai tukar rupiah," tulis Ekonom RHB Ahmad Nazmi.

 


Jokowi Minta Pelemahan Rupiah Jangan Sampai Bikin Susah Bisnis

Teller menghitung mata uang dolar di Jakarta, Jumat (2/2). Deputi Gubernur BI Senior Mirza Adityaswara mengatakan, bahkan sebelum fluktuasi yang terjadi beberapa hari ini, rupiah sudah undervalue. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution dan Menteri Keuangan Sri Mulyani serta Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo untuk membahas mengenai pelemahan nilai tukar rupiah. Rapat tersebut digelar terbatas di Istana Negara, Jakarta, Senin 3 September 2018.

Darmin mengatakan, dalam pertemuan tersebut Jokowi meminta jangan sampai pelemahan rupiah menyulitkan jalannya bisnis di Indonesia. Selain itu, para menteri juga diminta menjaga agar investasi asing tidak keluar dari Indonesia.

"Artinya konsen pemerintah tentu saja pertama-tama. Jangan sampai rupiah kemudian kurs buat bisnis menjadi susah dijalankan dan investasi asing di potofolio mulai pada keluar, lebih banyak ke arah itu. Ya politiknya tentu saja tidak bahas, yang dibahas ekonomi," ujar Darmin di Kantornya, Jakarta, Senin 3 September 2018.

Pertemuan itu juga membahas mengenai efektivitas upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah. Beberapa di antaranya perkembangan devisa hasil ekspor (DHE), Biodiesel 20 persen (B20) dan ekspor batu bara.

"Presiden mendiskusikan dan menanyakan perkembangan langkah-langkah kebijakan yang sudah diambil terutama mengenai kurs rupiah, menanyakan mengenai seperti apa perekembangan soal DHE, soal B20, soal ekspor batu bara, soal kebijakan impor yang sedang dibahas di Keuangan," jelasnya.

Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut juga mengatakan, pemerintah akan terus menyampaikan langkah stabilisasi yang telah dilakukan kepada masyarakat. Hal ini untuk menghindari anggapan bahwa pemerintah belum melakukan langkah apapun dalam meredam pelemahan nilai tukar mata uang garuda.

"Presiden mengatakan jangan sampai kalian sudah lakukan sesuatu, masyarakat bilang belum. Komunikasinya bagaimana, selain komunikasinya juga monitoringnya. B20 bahkan TKDN sudah ngomongin ini 2 tahun berarti monitoringnya gimana? Jangan sampe B20 juga sama lagi," paparnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya