AS: Mengancam Nyawa Ratusan Ribu Orang, Serangan ke Provinsi Idlib Kesalahan Besar

Amerika Serikat menilai serangan Suriah dan Rusia ke Provinsi Idlib adalah sebuah kesalahan besar.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 04 Sep 2018, 11:02 WIB
Kendaraaan relawan White Helmets mencari korban di lokasi serangan militer di Provinsi Idlib, Suriah, Minggu, (7/1). Militer Suriah kehilangan Provinsi Idlib pada 2015 dan dikontrol oleh militan. (Syrian Civil Defense White Helmets via AP)

Liputan6.com, Damaskus - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperingatkan pemerintah Suriah dan dua sekutu utamanya, Rusia dan Iran, telah bertindak "sembrono" dalam menyerang Provinsi Idlib yang dikuasai pemberontak.

Dalam sebuah twit, Presiden Trump memperingatkan tentang "kesalahan kemanusiaan terbesar", di mana ratusan ribu orang bisa terbunuh dalam serangan terkait.

Dikutip dari BBC pada Selasa (4/9/2018), pasukan pemerintah Suriah dikatakan mempersiapkan serangan besar-besaran terhadap kubu pemberontak terakhir di negara itu.

PBB mengatakan kampanye semacam itu dapat menimbulkan konsekuensi buruk bagi ribuan warga sipil.

Kementerian Luar Negeri AS juga memperingatkan pada Senin 3 September, bahwa Washington akan menanggapi setiap serangan kimia oleh pemerintah Suriah atau sekutu-sekutunya.

Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley men-twit: "Semua mata (tertuju) pada tindakan Assad, Rusia, dan Iran di Idlib. #NoChemicalWeapons"

Dengan kondisi pemberontak kalah di sebagian besar Suriah, serangan di Provinsi Idlib diprediksi bisa menjadi pertempuran besar terakhir dari perang sipil di negara itu.

Menurut perkiraan PBB, ada sekitar 10.000 militan Al Nusra dan Al Qaeda yang masih bertahan di Idlib. Sumber yang dikutip oleh kantor berita Reuters mengatakan bahwa Presiden Bashar al-Assad sedang mempersiapkan serangan bertahap.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan "teroris" harus dihapus di Idlib, menuduh mereka menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia.

Baik dia dan mitranya dari Suriah, Walid Muallem, telah menuduh pemberontak mempersiapkan melakukan serangan kimia di Idlib. Guna menyalahkan pasukan pro-pemerintah dan memicu pembalasan militer AS yang baru.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa latihan angkatan laut Suriah baru-baru ini dibenarkan, menambahkan bahwa "sarang teroris" di Idlib harus diatasi.

 

Simak video pilihan berikut:


Kemungkinan 'Badai yang Mengerikan'

Relawan White Helmets membongkar reruntuhan bangunan mencari korban serangan militer di Provinsi Idlib, Suriah, Minggu, (7/1). Kelompok pemantau dan paramedis mengatakan jumlah korban tewas menjadi 25 orang. (Syrian Civil Defense White Helmets via AP)

Utusan PBB untuk Suriah Staffan de Mistura telah memperingatkan tentang "badai yang mengerikan" jika pemerintah melanjutkan serangannya yang mengancam di Idlib.

Dia menyerukan agar koridor kemanusiaan dibentuk agar memungkinkan warga sipil dievakuasi untuk sementara waktu.

Para militan harus dikalahkan, kata de Mistura, tetapi tidak mengorbankan ribuan jiwa sipil.

PBB disebut mulai kehabisan cara untuk menghindari kematian warga sipil yang terlihat baru-baru ini di bagian lain Suriah seperti Aleppo, Raqqa atau Ghouta Timur, dan para diplomatnya diminta menahan diri hingga ada kordinasi lanjutan.

Setelah hampir delapan tahun pertempuran, lebih dari 400.000 orang tewas atau hilang, dan lebih dari separuh penduduk telah terusir dari rumah mereka.

"Provinsi Idlib telah menjadi tempat berlindung bagi pemberontak, tetapi tidak ada tempat yang jelas bagi mereka untuk pindah ke dalam wilayah Suriah jika mereka meninggalkan provinsi itu sekarang," ujar de Mistura.

Ditambahkan olehnya, bahwa serangan apapun terhadap Idlib dapat meningkatkan ketegangan dengan Turki, yang mempertahankan pos pengamatan di sekitar wilayah pemberontak, sebagai bagian dari "kesepakatan de-eskalasi" dengan Rusia dan Iran.

Di lain pihak, Iran akan menjadi tuan rumah KTT pada Jumat di mana para pemimpin Iran, Rusia dan Turki akan membahas Idlib, kantor berita Fars melaporkan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya