Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah kini tercatat terus merosot hingga tembus 14.800 per dolar Amerika Serikat (AS).
Beberapa ekonom bahkan prediksi Bank Indonesia (BI) akan kembali menaikkan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate yang kini sebesar 5,5 persen.
Melihat situasi ekonomi saat ini, manajemen PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mengatakan, akan mempertimbangkan menaikkan kredit bank.
Executive Vice President Non Subsidized Mortgage and Consumer Lending Division PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Suryanti Agustinar menyatakan, pihaknya akan memperhatikan kondisi pasar RI terlebih dahulu.
Baca Juga
Advertisement
"Dengan depresiasi ini dan jika memang nantinya BI akan kembali naikkan suku bunga acuan, kita dari perbankan pasti akan menaikkan kredit tapi tentu kami melihat situasinya terlebih dahulu," tutur dia di Jakarta, Selasa (4/9/2018).
Suryanti menekankan, jika pelemahan rupiah terus merosot dan menyentuh 15 ribu per dolar AS, potensi bagi perseroan untuk menaikan kredit perbankan akan semakin besar.
"Ya pastilah BI rate naik, apalagi kurs dolar menembus Rp 15 ribu. Saya memprediksi bunga akan naik. Kredit itu pasti bakal naik, itu tinggal waktunya saja. Cuma kita enggak mau daya beli turun juga, jadi kita pasti hati-hati. Jika saatnya bunga naik, kita akan lakukan bertahap," ujar dia.
Sementara itu, Fund Manager PT Valbury Capital Management, Suryo Narpati menilai, depresiasi nilai tukar rupiah memicu kekhawatiran para investor.
"Namun Fitch yang memberikan afirmasi positif atas Indonesia menunjukan terkendalinya inflasi dapat menjadi topangan bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)," ujar dia.
"Bauran sentimen ini bisa membuat IHSG bergerak mixed dengan peluang menguat pada perdagangan hari ini," tambah dia.
Ekonomi Bergejolak, BTN Tetap Yakin Target 2018 Tercapai
Sebelumnya, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) optimistis target akan tetap tercapai pada akhir tahun nanti meski di tengah kondisi ekonomi global yang bergejolak.
Direktur BTN Iman Nugroho Soeko mengatakan, optimistis tersebut ditopang peluang peningkatan kredit dengan adanya relaksasi Loan-to-Value (LTV) dan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) serta penurunan biaya dana dan biaya operasional dari masuknya aliran dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
"Kendati perekonomian nasional terpapar dampak dari gejolak ekonomi global dan adanya kenaikan suku bunga acuan, namun perseroan tetap optimis mampu mencapai target bisnis yang telah ditetapkan sejak awal tahun. Pasalnya, pemerintah dan regulator telah membantu menstimulus sektor properti dengan berbagai kebijakan," kata Iman di Jakarta, Senin 27 Agustus 2018.
Bank Indonesia (BI) misalnya, lanjut Iman, telah memberlakukan relaksasi LTV yang berlaku mulai 1 Agustus 2018.
Begitu pula dengan rencana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang akan merelaksasi beberapa ketentuan seperti mengubah perhitungan ATMR, mengubah larangan pemberian kredit untuk pengolahan tanah bagi pengembang, mendorong pendanaan KPR melalui sekuritisasi, meningkatkan batas pembiayaan dengan agunan, dan meningkatkan koordinasi dengan instansi lain.
"Pada semester kedua tahun ini Bank BTN pun kembali masuk dalam daftar bank penyalur FLPP yang akan membantu mengurangi beban biaya baik operasional maupun dana," ujarnya.
Dengan berbagai stimulus tersebut serta kesiapan Bank BTN menggarap berbagai peluang bisnis yang ada, Iman meyakini perseroan akan tetap mencatatkan realisasi kinerja bisnis sesuai target yang telah ditetapkan sejak awal tahun.
"Optimisme tersebut juga didukung angka backlog di Indonesia yang masih tinggi. Selain itu, kredit pemilikan rumah (KPR) masih menjadi opsi utama bagi masyarakat Indonesia untuk memiliki rumah," ujarnya.
Bank sentral menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen atau sebanyak 75,21 persen menggunakan fasilitas KPR untuk membeli properti residensial.
Kemudian sebanyak 16,13 persen memilih membeli hunian dengan skema tunai bertahap dan 8,66 persen dengan skema tunai.
"Kami pun terus melakukan berbagai inovasi dan transformasi untuk menggarap peluang bisnis yang ada. Bank BTN juga terus menggelar promosi untuk meningkatkan penyaluran kredit perseroan secara keseluruhan terutama KPR." kata dia.
Sementara itu, bisnis KPR emiten bersandi saham BBTN terus mencatatkan laju pertumbuhan positif dan di atas rata-rata industri perbankan nasional.
Hingga Juli 2018, BTN mencatatkan penyaluran KPR dan pembiayaan pemilikan rumah (PPR) sekitar Rp 157,55 triliun. Posisi tersebut naik sekitar 22,07 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp 129,07 triliun pada Juli 2017.
Sementara, data Bank Indonesia merekam KPR dan KPA industri perbankan nasional hanya tumbuh di level 13,52 persen yoy per Juni 2018.
"Kami meyakini akan terus mencatatkan kinerja positif di atas rata-rata dan mencapai target bisnis pada akhir tahun nanti."
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement