Liputan6.com, Tel Aviv - Berdiri di area Museum Holocaust di Israel pada Senin 3 September, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyatakan Adolf Hitler "gila". Pernyataan itu dinilai sebagai sebuah perubahan besar bagi seorang tokoh, yang sebelumnya menyamakan dirinya dengan Führer.
Menurut laporan situs Philippine Sta, Presiden Duterte --yang sedang dalam perjalanan pertamanya ke Israel-- menyesali genosida terhadap enam juta orang Yahudi selama Perang Dunia II.
Sebelumnya, sebagaimana dikutip dari Time.com pada Selasa (4/9/2018), Duterte membandingkan pemusnahan pengedar narkoba di Filipina serupa pembunuhan Nazi terhadap orang Yahudi.
Baca Juga
Advertisement
Dua tahun lalu, muncul kontroversi ketika Duterte mengaku senang oleh kritikus yang memanggilnya "sepupu Hitler", karena dia "tidak ragu membantai" jutaan pengguna dan pengedar narkoba di Filipina.
Beberapa waktu kemudian, ia meminta maaf di hadapan publik Filipina, yang dinilai oleh Liga Anti-Pencemaran sebagai "hal tidak pantas dan sangat menyinggung."
Duterte, yang telah membual tentang membunuh orang secara pribadi dan yang menghadapi banyak petisi impeachment, tiba-tiba menyerukan bahwa Hitler seharusnya telah "dibasmi terlebih dulu".
"Saya tidak pernah bisa membayangkan tontonan seorang manusia pergi ke pesta pembantaian, membunuh wanita, pria, anak-anak, dan banyak lainnya," kata Duterte.
Di lain pihak, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah dikritik karena merangkul Duterte, yang dinilai oleh banyak warga Negeri Zionis sebagai "sosok brutal dan bertindak sembarangan".
Bahkan surat kabar kenamaan Israel, Haaretz, menuduh dalam editorialnya, bahwa PM Netanyahu mengabaikan rekam jejak sang presiden Filipina demi peluang untuk kesepakatan senjata dan kontrak pertahanan.
Simak video pilihan berikut:
Pemimpin Skuad Kematian
Presiden Reodriogo Duterte mendapatkan julukan "pemimpin skuad kematian" saat menjabat sebagai Wali Kota Davao, sebuah kota di Filipina selatan.
Seorang mantan anggota milisi Filipina bersaksi di depan Senat negara itu bahwa Duterte memerintahkan pasukan untuk mengeksekusi musuh dan penjahat.
Penindakan brutal Duterte terhadap perdagangan narkoba Filipina telah mendorong kecaman internasional atas pembantaian di luar hukum.
Dalam dua tahun sejak Duterte menjabat sebagai presiden Filipina, lebih dari 4.200 tersangka pengedar narkoba telah dibunuh oleh polisi sementara ribuan lainnya ditembak mati dengan "gaya main hakim sendiri" oleh penyerang tak dikenal, demikian sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita Reuters.
Advertisement