Liputan6.com, Bangkok - Aruba membuka ajang tahunan mereka, Atmosphere 2018 APAC Bangkok pada Selasa (9/2/2018) di Bangkok.
Turut hadir menjadi pembicara utama adalah Keerti Melkote, pendiri dan presiden dari perusahaan penyedia solusi teknologi tersebut.
Bila selama in disrupsi teknologi selalu dikatikan dengan "bisnis" semata, kali ini Aruba memberikan detail lima jenis bisnis yang terancam kena dampak disrupsi teknologi, mulai dari pabrik, hotel, tempat kerja, toko, sampai sekolah.
Baca Juga
Advertisement
"Hotel misalnya, terdampak disrupsi karena Airbnb yang bisa menyewakan rumah tanpa memikiki ruangan. Lalu, sekolah tempat kita belajar, sekarang seseorang bisa belajar online lewat Coursera, bahkan dapat gelar," jelas Keerti Melkote dalam pembukaannya.
Dia pun mengambil contoh dari Alibaba yang bisa memakai teknologi dalam urusan ritel.
Keerti menghimbau agar perusahaan mengambil keuntungan dari adanya perkembangan teknologi, bukan malah sebaliknya.
Jika tidak, ucapnya, bisnis yang dimiliki akan terancam tergerus dalam 10 tahun ke depan.
Topik lain yang dibahas adalah mengantisipasi kehadiran Internet of Things (IoT). Diprediksi, sekitar 20 miliar IoT akan tersebar pada 2020 nanti.
"Ambil keuntungan (dari teknologi), agar tidak kena disrupsi," ujarnya.
Dia pun mencontohkan program-program yang sedang dilirik Aruba, seperti Rumah Sakit Pintar, dan ada juga Kota Pintar yang dikembangkan di Rajahstan yang memiliki kebijakan tanpa kertas (paperless) yang memudahkan pelayanan seperti bantuan sosial, administrasi, dan kesehatan.
Aruba memang sedang mempromosikan gagasan untuk tidak sekadar memakai teknologi untuk menghasilkan keuntungan, tetapi juga untuk mendukung kesejahteraan pegawai.
Itu dilakukan lewat gagasan Smart Digital Workplace untuk bisa menyesuaikan tempat kerja untuk masing-masing gaya pegawai.
Gagasan didukung pernyataan pakar strategi bisnis Fransisco Acoba. "Sifat dasar dari istilah ‘tempat kerja’ tengah ditransformasi karena perusahaan mulaimenyadari bahwa ruang yang efektif berpusat pada pengalaman, dan harus mengakomodasi gaya kerja dari beragam generasi dan tipe kepribadian,” ucap pria yang menjabat Managing Director for Deloitte Strategy & Operations tersebut.
“Tren ini menghadirkan proses-proses baru, di mana solusi, sistem dan perabotan IT berinteraksi secara harmonis dengan manusia untuk menciptakan ruang-ruang efektif tersebut," tambahnya.
Aruba juga memiliki filosofi yang mengutamakan pelanggan mereka.
"Saya pikir beberapa hal yang pemimpin. Parameter sangat jelas, kami memiliki norma atau budaya yang disebut Customer First, Customer Last. Segala yang kita lakukan berawal dari pelanggan. Keberhasilan pelanggan, kepuasan pelanggan adalah prioritas utama kita. Hal itu mengalahkan perkara lain," jelas Ash Chowdappa, VP and General Manager Aruba Wireless LAN pada kesempatan yang sama.
Aruba: IoT Jadi Tumpuan Kemajuan Industri Retail di Masa Depan
Internet of Things (IoT) sebetulnya telah menjadi salah satu dari tiga fokus utama Aruba Networks pada gelaran APAC Atmosphere 2016 yang dihelat dua tahun lalu.
Anak perusahaan HP Enterprise ini menawarkan solusi jaringan yang terhubung ke berbagai perangkat, mulai dari PC, laptop, smartphone, cloud, hingga perangkat pintar yang sudah memiliki koneksi IoT.
Aruba menganggap, perangkat pintar IoT sangat dibutuhkan di salah satu sektor yang mereka geluti, yaitu ritel.
Selain industri ritel, perusahaan yang berbasis di Sunnyvale, California ini diketahui sempat menjajal empat sektor lain dengan menghadirkan solusi jaringannya yaitu kesehatan, pendidikan, hospitality dan enterprise.
Seperti disampaikan Ozer Dondurmacioglu selaku Senior Director, Product and Solutions Marketing Aruba Networks dalam sesi wawancara eksklusif, IoT diklaim Aruba jadi tumpuan terkait bagaimana kemajuan industri ritel di masa depan.
"Kita tidak bisa mungkiri, kini di setiap daerah pasti ada mal. Masing-masing mal punya banyak toko. Namun yang tak bisa kita sangkal, banyak orang beralih berbelanja online di eCommerce," kata Ozer kepada Tekno Liputan6.com di MICE Marina Bay Sands, Rabu (28/9/2016).
"Bisa jadi, kebanyakan toko masih melakukan cara konvensional yang malah dianggap membosankan dan kurang instan. Nah itu jadi tantangan buat para pelaku ritel agar mereka mampu menarik traffic pelanggan kembali," tutur Oze melanjutkan.
Para pelaku ritel, kata Ozer, mau tak mau harus meluangkan strateginya dengan memanfaatkan jaringan IoT.
"Aruba sendiri sudah menawarkan beberapa solusi jaringan dengan pendekatan IoT. Kami telah hadirkan mobile platform. Beberapa mitra ekosistem kami juga sudah bergabung untuk meluncurkan solusi di industri ini,” ujar Ozer.
Sejalan dengan yang disampaikan Ozer, solusi jaringan dengan pendekatan IoT untuk industri ritel dari Aruba rupanya sempat dipamerkan lewat Tech Playground yang diadakan di Grand Ballroom APAC Atmosphere 2016.
Kala kami menghadiri booth industri ritel, Aruba Networks menawarkan setidaknya tiga solusi kepada para pelaku ritel.
Di antaranya ada aplikasi pencari toko secara real-time, aplikasi pendeteksi perilaku pelanggan ketika mereka berbelanja, hingga yang paling menarik yaitu aplikasi asisten virtual yang bisa membantu pelanggan berbelanja, mulai dari mencari baju, ukuran, hingga menuntun mereka menemukan barang yang ingin dicari.
Semua tentu dapat berjalan berkat jaringan solusi Aruba yang terintegrasi dengan mobile platform Aruba dan beberapa elemen potensial lain seperti sistem operasi terbaru yaitu ArubaOS 8.
(Tom/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement