Pembiayaan hingga Fintech Bakal Jadi Tema Unggulan di Pertemuan IMF-World Bank

Perhelatan IMF-World Bank Annual Meeting 2018 makin dekat. Berbagai persiapan terus dilakukan Indonesia sebagai tuan rumah.

oleh Merdeka.com diperbarui 05 Sep 2018, 18:30 WIB
Persiapan Bank Indonesia soal gelaran IMF-World Bank Annual Meeting 2018 (Foto:Merdeka.com/Wilfridus Setu Embu)

Liputan6.com, Jakarta - Perhelatan IMF-World Bank Annual Meeting 2018 makin dekat.  Berbagai persiapan terus dilakukan Indonesia sebagai tuan rumah.

Tak hanya mempersiapkan sarana serta infrastruktur pendukung, Indonesia juga telah menyiapkan beberapa tema besar yang bakal dibawa ke pertemuan yang akan diselenggarakan 8-14 Oktober di Denpasar, Bali.

Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia (BI), Dodi Zulverdi, mengatakan salah satu tema yang bakal disodorkan Indonesia adalah terkait mekanisme pembiayaan proyek infrastruktur oleh swasta terutama dengan instrumen pasar keuangan.

"Kita akan coba pastikan bisa dibahas dengan baik. Kita mau dapat pelajaran seperti apa framework yang baik, regulasinya bagaimana, legal basic bagaimana koordinasi antarlembaga bagaimana," kata dia di Kompleks BI, Jakarta, Rabu (5/9/2018).

"Indonesia saat ini sedang gencar membangun infrastruktur. Pembiayaan terbatas dari pemerintah kita perlu dapat masukan soal-soal sumber-sumber pembiayaan dari swasta," lanjut dia.

Tak hanya bicara, Indonesia juga akan 'memamerkan' beberapa proyek infrastruktur yang selama ini sudah dibangun dengan mekanisme pembiayaan oleh swasta.

"Pemerintah sudah punya program. Kita kerja sama dengan Kementerian BUMN untuk tampilkan beberapa proyek infrastruktur yang dibiayai swasta. Kita tujunjukkan kita tidak hanya bicara tapi kita sudah lakukan," ujar dia.

Selain itu, Indonesia juga akan menjadi inisiator diskusi terkait pengembangan ekonomi berbasis syariah. Dodi menyampaikan sub tema ekonomi syariah yang diangkat seperti, pembiayaan berbasis syariah dan efektivitas ekonomi syariah dalam mencapai target-target sustainable development goals (SDGs).

"Peran pembiayaan berbasis syariah dan kita ingin tunjukan bahwa ekonomi syariah punya peran dalam pencapaian SDGs. Itu (ekonomi syariah) bisa sangat efektif mencapai target SDGs. Kita ingin bahas manajemen keuangan syariah, seperti sukuk juga keuangan syariah berbasis sosial financing, seperti wakaf dan zakat," imbuh dia.

"Selain itu kita bersama negara Asia dan Timur Tengah diharapkan bisa menyepakati standard-standard sebagai kesepakatan bersama dalam pengembangan ekonomi syariah. BI sedang susun beberapa standard," ujar Dodi

Indonesia juga akan mendorong agar pembahasan terkait financial technology (fintech) mendapatkan perhatian khusus dalam IMF-World Bank Annual Meeting kali ini.

"Kita akan lead terkait prinsip fintech yang menguntungkan. Artinya kita akan bahas bagaima mengoptimalkan manfaat positif dari fintech, sambil juga membahas upaya untuk memitigasi risiko," kata dia.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

 


Asian Games dan Pertemuan IMF-World Bank Bisa Dongkrak Ekonomi RI

Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menkeu Sri Mulyani, Menkominfo Rudiantara, Gubernur BI Agus Martowardojo memberi keterangan terkait Annual Meetings IMF-Word Bank Grup (IMF-WBG) di Jakarta, Selasa (13/3). (Liputan6.com/JohanTallo)

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yakin pertumbuhan ekonomi hingga akhir 2018 dapat kembali meningkat. Menurutnya, ada dua gelaran besar yang diproyeksikan akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi pada semester II mendatang.

"Ada Asian Games, Annual Meeting-IMF, dan kalau kalian selalu gembira pasti akan bagus (pertumbuhan ekonominya)," kata Sri Mulyani saat ditemui di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin 6 Agustus 2018.

Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya telah merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2018 sebesar 5,27 persen. Melihat angka itu, Sri Mulyani semakin percaya diri pertumbuhan ekonomi hingga semester II akan tumbuh besar. Apalagi kata dia, melihat inflasi sepanjang 2018 juga terjaga rendah di angka 3,2 persen.

"Kalau dilihat kemarin, inflasi kan cukup stabil rendah di 3,2 persen," imbuhnya.

Meski demikian, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut mengaku tetap melakukan antisipasi terhadap nilai tukar Rupiah pada semester II. Hal ini dilakukan dengan menjaga pasokan komoditas, juga didukung pada barang-barang yang harganya dapat diatur pemerintah atau administered price. Dengan begitu inflasi diproyeksikan tetap berada di sasaran yakni 3,5 plus minus 1 persen.

"Imported inflation ini akan kita lihat di semester kedua. Tapi, kalau pemerintah tetap bisa menjaga dari sisi pasokan makanan, terutama untuk barang-barang administered price, mungkin kita akan melihat inflasi tetap stabil di 3,5 persen. Selama inflasi masih bisa dijaga di 3,5 persen, kita akan melihat konsumsi akan cukup baik," pungkas Sri Mulyani.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya