Liputan6.com, New York - Harga emas berada di atas USD 1.200 per ounce seiring kekhawatiran negosiasi sektor perdagangan dan dolar Amerika Serikat (AS) yang melemah. Hal itu mendorong harga emas menguat.
Harga emas untuk pengiriman Desember naik USD 2,2 atau 0,2 persen ke posisi USD 1.201,30 per ouncei usai sempat turun 0,6 persen.
Kekhawatiran tentang sengketa tarif terutama antara AS dan Kanada, serta China telah ganggu pasar. Prospek ekonomi negara berkembang juga mendorong serentetan kecemasan baru-baru ini di wall street. Bursa saham AS atau wall street pun tertekan.
Baca Juga
Advertisement
"Sentuhan daya tarik safe haven, seiring pasar negera berkembang melemah menekan pasar saham. Hal ini memberikan secercah harapan untuk harga emas," ujar Stephen Innes, broker OANDA, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (6/9/2018).
Sementara itu, indeks dolar AS turun 0,3 persen ke posisi 95,18. Indeks dolar AS diperdagangkan lebih tinggi 0,1 persen.
Harga Logam Lainnya
Sebelumnya, dolar AS menguat usai laporan manufaktur dari Institute for Supply Management pada Agustus mencapai level tertinggi dalam 14 tahun. Manufaktur AS capai level 61,3 persen dari posisi Juli sekitar 58,1 persen. Seperti diketahui, jika level lebih dari 50 artinya menunjukkan kegiatan aktivitas meluas.
"Harga emas turun di bawah level USD 1.200 karena fundamental AS menguat usai data manufaktur positif sehingga menegaskan laju stabil ekonomi AS," tutur Alfonso Esparza, Analis OANDA.
Ia menuturkan, risiko perang dagang karena tarif tambahan AS terhadap barang impor China juga masih pengaruhi harga emas.
Sementara itu, harga perak untuk pengiriman Desember naik 0,3 persen ke posisi USD 14,22. Harga tembaga menguat 0,3 persen ke posisi USD 2,61 per pound. Sedangkan harga platinum bertambah 0,8 persen ke posisi USD 784,30 per ounce.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement