Liputan6.com, Jakarta - Facebook akan membangun data center pertamanya di wilayah Asia. Seperti beberapa perusahaan teknologi lain, Facebook memilih Singapura untuk menempatkan data center tersebut.
Dilansir Reuters, Kamis (6/9/2018), Facebook mengalokasikan dana lebih dari US$ 1 miliar untuk membangun data center tersebut.
Menurut keterangannya, perusahaan akan membangun fasilitas tersebut di bagian barat, dekat dengan lokasi data center ketiga Google.
Baca Juga
Advertisement
"Ini akan menjadi data center pertama kami di Asia. Singapura menyediakan infrastruktur yang bagus, talenta yang banyak, tenaga kerja berbakat dan sejumlah mitra yang hebat," kata Vice President of Infrastructure Dara Centers Facebook, Thomas Furlong.
Sebelum Facebook, perusahaan teknologi besar lain, Google telah lebih dahulu membangun data center di Singapura. Bahkan, perusahaan sedang merencanakan pembangunan data center ketiganya.
Data center ketiga itu dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan warganet Asia Tenggara yang kian tumbuh.
Pengguna internet di kawasan Asia Tenggara saat ini diperkirakan telah melebihi 330 juta dari total lebih 650 juta populasi.
Facebook Kesulitan Berantas Ujaran Kebencian di Myanmar
Terlepas dari pembangunan data center, Facebook beberapa waktu belakangan mendapatkan kritikan karena dinilai lamban menangani ujaran kebencian dan misinformasi di layanannya. Reuters pada bulan lalu merilis laporan khusus tentang operasional Facebook di Myanmar, yang menunjukkan perusahaan kesulitan menghapus konten berisi ujaran kebencian di negara tersebut.
Ujaran kebencian di Facebook disebut berkontribusi dalam serangan kekerasan terhadap minoritas populasi muslim di Myanmar. Facebook selama ini mendapatkan peringatan dari kelompok dan peniliti hak asasi manusia, karena layanannya digunakan menyebarkan misinformasi dan "mempromosikan" kebencian terhadap muslim, khususnya Rohingnya, sejak 2013.
Pertumbuhan pengguna di Myanmar yang mencapai 18 juta kian membuat ujaran kebencian semakin membesar, tapi Facebook dinilai lambat mengatasi masalah tersebut.
Dikutip dari The Guardian, Kamis (16/8/2018), Reuters dan Human Rights Center di UC Berkeley Scholl of Law menemukan lebih dari seribu contoh unggahan, komentar, gambar dan video, yang menyerang muslim Myanmar. Konten-konten tersebut termasuk beberapa di antaranya beredar selama enam tahun, tapi baru dilaporkan kepada Facebook pada pekan lalu.
Advertisement
Tindakan Facebook
Pada April 2018, tak lama setelah penyidik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam Facebook sebagai kendaraan untuk pertikaian dan konflik di Myanmar, Mark Zuckerberg mengatakan kepada para senator AS bahwa perusahaan merekrut banyak moderator berbahasa Burma untuk meninjau ujaran kebencian.
"Sulit untuk melakukannya tanpa orang-orang yang bisa berbahasa lokal dan kami perlu meningkatkan upaya untuk hal tersebut secara dramatis," kata CEO Facebook itu pada April lalu.
Zuckerberg juga meminta bantuan kelompok aktivis setempat untuk membantu mengidentifikasi konten yang harus diblokir. Ia mengatakan, tim Facebook akan membuat sejumlah perubahan di Myanmar, dan negara-negara lain yang menghadapi konflik etnis. Facebook juga berkomitmen menangani ujaran kebencian dalam waktu 24 jam.
Jes Petersen yang membantu Facebook menerjemahkan standar komunitas ke bahasa Burma, menilai layanan tersebut akan membutuhkan usaha besar untuk dapat merealisasikan komitmen Zuckerberg.
"Menarik untuk melihat bagaimana Facebook memenuhi komitmen 24 jam mereka, tapi ekspansi besar-besaran staf yang bisa berbahasa Burma akan sangat dibutuhkan," ungkap Petersen.
(Din/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: