Rupiah Melemah, Perajin Tahu Tempe Dirumahkan

Perajin tahu tempe di sejumlah wilayah kini terhimpit persoalan akibat melemahnya rupiah. Bahkan sejumlah pekerja terpaksa dirumahkan pemilik pabrik.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 07 Sep 2018, 09:32 WIB

Fokus, Bogor - Para perajin tahu tempe di sejumlah wilayah kini terjepit, setelah harga kedelai mencapai Rp 8.000 per kg. Di Bogor dan Kalideres, Jakarta Barat, perajin tahu sudah mengurangi produksi dan merumahkan sebagian pekerjanya.

Mereka mengaku, jika harga kedelai terus merangkak naik mereka akan menghentikan operasional pabriknya.

Seperti ditayangkan Fokus Indosiar, Jumat (7/9/2018), dalam beberapa pekan terakhir, aktivitas pabrik tahu yang berada di Kampung Kemang, Kabupaten Bogor, mulai surut. Pemilik pabrik terpaksa mengurangi produksi akibat harga kedelai yang melambung. Sebelum dinilai rupaih terhadap dolar merosot tajam, harga kedelai berada pada kisaran Rp 6.600 per kg.

Perajin tahu mengaku bingung dengan tingginya harga kedelai. Mereka terpaksa menaikkan harga jual, meski omzetnya turun drastis. Karena itu, saat ini perajin tahu terpaksa mengurangi produksi agar kerugian tak semakin besar. Akibatnya, jumlah pekerja juga dikurangi hampir 50 persen.

Hal yang sama juga dilakukan perajin tahu di kawasan Semanan, Kalideres, Jakarta Barat. Mereka terpaksa mengurangi produksi. Biasanya dalam sehari bisa menghabiskan 3-5 kuintal, saat ini paling banyak 3,5 kuintal.

Menurut perajin tahu dan tempe, harga kedelai mulai merangkak naik sejak Lebaran, dari Rp 7.200 per kg menjadi Rp 8 ribu per kg. Mereka tak berani menaikkan harga jual, mengingat daya beli masyarakat yang  menurun. Salah satu perajin tahu bahkan berencana menghentikan produksi jika harga kedelai masih juga tak bisa dikendalikan.

Sementara produsen tempe di Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, terpaksa mengurangi produksi dan mengurangi ukuran agar pabrik masih bisa beroperasi. Biasanya dalam sehari menghabiskan 80 kg kedelai, kini berkurang setengahnya. Cara ini dipilih karena jika harganya dinaikkan, mereka takut omzetnya justru akan menurun drastis. (Galuh Garmabrata)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya