Liputan6.com, Pyongyang - Pemerintah Korea Utara disebut akan mengadakan parade militer besar-besaran pada Minggu, 9 September 2018 untuk menandai ulang tahun ke-70 negara itu.
Selain itu, Pyongyang juga dikabarkan akan kembali unjuk pamer berbagai senjata termutakhirnya, termasuk rudal, yang menurut para pengamat, merupakan tantangan terhadap berhentinya pembicaraan dengan AS tentang denuklirisasi di Semenanjung Korea.
Dikutip dari The Guardian pada Jumat (7/9/2018), parade tersebut dikabarkan akan dihadiri oleh beberapa pejabat asing, dengan disertai penampilan koreografi skala besar yang dikenal sebagai Misa, yang diadakan untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir.
Pameran perangkat militer dan bala tentara kemungkinan akan lebih besar dari pawai lain yang diadakan awal tahun ini, meskipun lebih tenang dibandingkan dengan tahun lalu, menurut analisis.
Baca Juga
Advertisement
Adapun tentang misil balistik antarbenua, belum ada kabar apakah akan dimasukkan dalam parade atau tidak. Namun, jika tetap dihadirkan, pengamat menduga hal itu bisa dilihat sebagai langkah provokatif.
Padahal saat ini, Korea Utara telah berkomiteman menangguhkan uji coba nuklir dan rudal, menyusul pembicaraan berlanjut dengan para pejabat AS, setelah pertemuannya dengan Donald Trump di Singapura, 12 Juni lalu.
Di lain pihak, citra satelit tidak menangkap keberadaan kendaraan yang digunakan untuk membawa ICBM --nama resmi misil balistik antarbenua-- di area pawai parade, tetapi "senjata itu masih bisa berada di lokasi parade, bersamaan di pawai alat berat lainnya", menurut kelompok pemantau North 38.
"Kemungkinan akan jauh lebih besar daripada parade militer awal tahun ini," tulis pemimpin North 38, Joseph Bermudez.
Mintaro Oba, mantan diplomat AS yang fokus pada kebijakan Korea Utara, mengatakan: "Jika parade itu menampilkan ICBM, akan lebih bijaksana bagi Amerika Serikat untuk menyikapinya dengan tenang, sebagai tontonan propaganda Korea Utara, dan bukan sebagai sesuatu yang seharusnya secara material mempengaruhi negosiasi."
Oba menambahkan: "Korea Utara telah konsisten dalam menandakan bahwa ia kuat, mampu mempertahankan diri, dan bahwa statusnya sebagai tenaga nuklir adalah kesepakatan yang dilakukan. Saya membayangkan itu adalah tema terbesar yang akan kita lihat pada Minggu nanti."
Simak video pilihan berikut:
Menebak Sikap Kim Jong-un
Parade militer terakhir kali digelar oleh Korea Utara pada Februari lalu, dengan melibatkan 13.000 orang, dan disaksikan sekitar 50.000 orang yang berkumpul di alun-alun Kim Il-sung di Pyongyang, menurut kantor berita Yonhap.
Korea Utara memamerkan Hwasong-15 ICBM jarak jauh, yang secara teoritis mampu menyerang sebagian besar daratan AS dengan kisaran jarak 13.000 kilometer.
Vipin Narang, seorang profesor politik di Massachusetts Institute of Technology, mengatakan bahwa untuk prosesi hari Minggu "langkah yang paling provokatif adalah bagi Kim untuk memparalelkan sistem nuklir baru, yang belum pernah kita lihat sebelumnya".
"Sinyal dalam kasus ini adalah: 'Saya tidak hanya mengatakan bahwa saya tidak secara sepihak melucuti senjata, tetapi saya bahkan memiliki beberapa mainan (senjata) baru', mungkin itu yang ingin disampaikan Kim," lanjut Narang menjelaskan.
Namun dia menambahkan bahwa tidak mungkin Kim Jong-un ingin menjadi sangat agresif, sementara pembicaraan mereka dengan AS berlanjut.
Sementara itu, China dikabarkan mengirim Li Zhanshu, ketua Kongres Rakyat Nasional dan penasihat senior presiden Xi Jinping, untuk menghadiri parade militer di Pyongyang.
Hal itu menepis desas-desus bahwa Presiden Xi akan melakukan perjalanan ke Pyongyang, yang akan menjadi perjalanan resmi pertamanya ke Korea Utara.
Advertisement