Imbas Skandal Penyalahgunaan Data, Pengguna Mulai Tinggalkan Facebook

Survei dari Pew Research Center menyebut pengguna Facebook di Amerika Serikat dilaporkan memilih rehat dari Facebook hingga menghapus aplikasinya selama setahun terakhir.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 08 Sep 2018, 14:00 WIB
Ilustrasi Facebook (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Skandal yang terjadi di Facebook, yakni kasus penyalahgunaan data oleh Cambridge Analytica, ternyata berpengaruh pada pengguna media sosial tersebut.

Menurut laporan terbaru, banyak pengguna kini mulai meninggalkan Facebook.

Berdasarkan survei dari Pew Research Center, mayoritas pengguna Facebook di Amerika Serikat dilaporkan memilih untuk rehat dari media sosial itu hingga beberapa minggu selama setahun terakhir.

Seperti dikutip dari The Verge, Sabtu (8/9/2018), sekitar 25 persen responden mengaku sudah menghapus aplikasi Facebook dari perangkatnya.

Adapun survei ini dilakukan pada pengguna Facebook di Amerika Serikat dengan usia 18 tahun ke atas.

Survei diadakan pada 29 Mei hingga 11 Juni, saat kasus skandal Cambridge Analytica baru muncul ke permukaan.

Oleh sebab itu, hasil survei pun menunjukkan banyak pengguna yang memilih meninggalkan Facebook.

Keputusan untuk meninggalkan Facebook ini dilaporkan berbeda-dari berdasarkan usia responden.

Semakin tua usia responden, keputusan untuk meninggalkan Facebook ternyata tidak terlalu besar.

Studi juga menunjukkan 44 persen pengguna dengan usia 18 hingga 29 mengaku dirinya memilih untuk menghapus Facebook.

Sementara hanya 20 persen dari responden yang berusia 50 hingga 64 tahun melakukaan hal tersebut.

Tidak hanya itu, lebih dari setengah responden mengaku dirinya melakukan pengaturan privasi di Facebook usai temuan skandal penyalahgunaan data oleh Cambridge Analytica.


Pertumbuhan Pengguna Facebook Kian Melambat

Ilustrasi Facebook (iStockPhoto)

Pertumbuhan pengguna baru Facebook juga dilaporkan melambat. Pengguna bulanan Facebook mencapai 2,23 miliar--hanya naik 1,54 persen--jauh lebih lambat dari Q1 sebesar 3,14 persen.

Sementara pengguna aktif harian tembus 1,47 miliar, naik sangat rendah yaitu 1,44 persen persen dibandingkan dengan Q1 yang mencapai 3,42 persen.

Mengutip laman Tech Crunch, Jumat (27/7/2018), sebagai perbandingan laju pertumbuhan pengguna harian paling lambat di Facebook adalah 2,18 persen pada Q4 2017.

Untuk mengalihkan perhatian terkait pertumbuhan pengguna yang lemah, Zuckerberg mengumumkan ada 2,5 miliar orang yang menggunakan aplikasi miliknya: Facebook, Instagram, WhatsApp, dan Messenger.

Namun, pernyataan bos Facebook tetap mempengaruhi pendapatan perusahaan. Saham Facebook pun anjlok hingga 22 persen karena investor khawatir soal pertumbuhan yang lambat dan dampak dari masalah privasi pada bisnis perusahaan.

Facebook juga mengumumkan bahwa pertumbuhan pendapatan perusahaan akan melambat di paruh kedua tahun ini dan pengeluaran bakal meningkat lebih cepat ketimbang pendapatan tahun depan.


Pengeluaran Perusahaan Melonjak

CEO Facebook Mark Zuckerberg sebelum memberi keterangan di depan Parlemen Eropa di Brussel, Belgia, Selasa (22/5). Facebook berkali-kali mementahkan tuduhan penjualan data kepada Cambridge Analytica. (JOHN THYS/AFP)

Pengeluaran perusahaan akan digunakan untuk meningkatkan privasi pengguna yang buruk dan untuk memantau posting-an pengguna.

Diwartakan Independent, total pengeluaran pada Q2 melonjak menjadi US$ 7,4 miliar atau sekitar Rp 107 triliun, naik 50 persen dibandingkan tahun lalu.

"Tingkat pertumbuhan total pendapatan kami akan terus berkurang pada paruh kedua 2018, dan kami berharap tingkat pertumbuhan pendapatan kami hanya menurun dengan persentase satu digit dari kuartal sebelumnya secara berurutan di Q3 dan Q4," kata kepala keuangan David Wehner.

Wehner menyebut pengeluaran diperkirakan akan melonjak, dari 50 persen menjadi 60 persen dibandingkan dengan tahun lalu karena perusahaan berinvestasi untuk keamanan, pemasaran, dan akuisisi konten.

(Dam/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya