Belanja Online hingga Rupiah Merosot Bikin Pedagang Barang Elektronik Gigit Jari

Nilai tukar rupiah merosot terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membuat para pedagang elektronik gigit jari.

oleh Septian Deny diperbarui 07 Sep 2018, 17:15 WIB
Pekerja merapikan barang elektronik yang dijual di pusat perbelanjaan di Jakarta, Rabu (5/9). Nilai tukar rupiah yang bergerak melemah hingga menembus Rp 14.920 per dolar AS berpotensi mengerek harga barang elektronik. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah merosot terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membuat para pedagang elektronik gigit jari.

Lantaran, depresiasi nilai tukar rupiah ini membuat harga barang-barang elektronik naik sehingga berimbas pada penjualan.

Joni (42), pedagang elektronik di Glodok City, Jakarta Barat, mengatakan depresiasi rupiah yang saat ini terjadi membuat harga barang-barang elektronik termasuk kamera naik hingga 10 persen. Imbasnya penjualan produk tersebut menjadi lesu.

‎"Sekarang lagi lesu. Awalnya memang gara-gara ada jualan online. Tapi dengan ini (depresiasi rupiah) makin parah‎. Enggak tahu nanti ke depan bagaimana‎," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (7/9/2018).

Dia menuturkan, lantaran penjualan yang lesu, omzetnya kini turun hingga 50 persen. Namun dirinya mengaku hanya bisa pasrah dengan kondisi saat ini.

"Omzet turun 50 persen. Ini rupiah Rp 14 ribu saja sudah berat, bagaimana kalau (bertahan) di Rp 15 ribu," kata dia.

Selain itu, tren peningkatan penjualan, khususnya untuk kamera digital yang biasanya naik di akhir tahun, hingga saat ini belum terlihat peningkatannya. Hal tersebut membuat dirinya khawatir penjualan tahun ini tidak akan mencapai target.

"‎Akhir tahun biasanya naik. Tapi dari Agustus harusnya sudah mulai kelihatan naik. Ini sampai sekarang belum ada tanda-tanda. Sampai September masih sepi. Kalau kamera tren meningkat di akhir tahun bisanya orang mau pakai untuk liburan," kata dia.


Rupiah Menguat, Bos BI Apresiasi Pemerintah dan Pengusaha

Ketua Umum Pengurus Pusat lSEl periode 2018-2021 Perry Warjiyo

Sebelumnya, Rupiah kembali menguat dan mulai menjauh dari level 15.000 per dolar AS dalam dua hari ini. Mengutip data Bloomberg, pagi ini rupiah dibuka di 14.868 per dolar AS atau menguat dibanding penutupan perdagangan kemarin di 14.893 per dolar AS.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan penguatan rupiah tidak bisa lepas dari peranan pemerintah dan para pengusaha.

Pemerintah selama ini terus berupaya mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mendukung penguatan nilai tukar rupiah.

"Saya tentu apresiasi kepada pemerintah yang telah dan akan terus mekakukan langkah-langkah konkrit untuk menurunkan defisit transaksi berjalan (CAD). Saya garisbawahi konkrit karena memang sejumlah langkah telah dan akan terus dilakukan," ujarnya.

Beberapa langkah tersebut diantaranya adalah penerbitan kebijakan baru dimana pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 66 Tahun 2018 yang mengatur pemberian insentif pada minyak kelapa sawit (biodiesel) yang dicampur seluruh jenis solar, untuk menjalankan program campuran 20 persen Biodiesel dengan solar (B20).

Hal tersebut bertujuan untuk menyehatkan defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD) sebab dapat menekan impor.

Selain itu, pemerintah juga baru saja mengeluarkan Petaturan Menteri Keuangan (PMK) yang resmi merevisi naik tarif Pajak Penghasilan (PPh) 22 untuk 1.147 barang impor.

Pengenaan tarif ini dikelompokkan menjadi tiga bagian pos tarif sesuai dengan tingkat kepentingan barang di dalam negeri.

"B20 kan sudah implementasi terus kemarin bu menkeu (Sri Mulyani) sudah mengumumkan mengenai PPh impor," ujarnya.

Selain itu, Perry juga menegaskan bahwa sektor pariwisata juga telah memberi sumbangsih bagi penguatan cadangan devisa sehingga membantu penguatan rupiah.

"Langkah ini saya meyakini bahwa defisit CAD akan menurun tidak hanya tahun ini tapi juga tahun depan akan turun signifikan. Dan karena itu juga akan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah." kata dia. 

 Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya