Liputan6.com, Havana - Di Kuba, warga menggunakan kondom untuk berbagai hal. Mulai dari untuk memancing ikan, membantu proses pembuatan minuman anggur, memperbaiki kebocoran, hingga mengikat rambut.
Di negara komunis ini, alat kontrasepsi itu disulap menjadi alat serba guna. Kekurangan barang-barang kebutuhan mendasar mengharuskan warga Kuba memutar otak untuk memanfaatkan barang yang ada.
Advertisement
Sanksi perdagangan dari AS yang sudah berlangsung puluhan tahun dan disfungsi perekonomian terpusat, mengakibatkan toko-toko di Kuba sering kosong melompong tanpa barang dagangan. Ketika barang-barang impor tersedia pun, ini dijual dengan harga sangat mahal oleh negara atau di pasar gelap hingga tidak akan mampu dibeli oleh warga Kuba --yang rata-rata berpenghasilan hanya US$30 per bulan (sekitar Rp 445 ribu).
Tapi uniknya, kondom --baik yang diproduksi di dalam negeri maupun yang diimpor dari Asia-- cukup mudah ditemui dan pasokannya cukup memadai. Hal ini disebabkan karena negara Karibia itu memfokuskan perhatian pada kesehatan seksual.
Harga kondom juga murah, karena ada subsidi pemerintah. Satu kotak yang berisi 3 kondom dijual seharga 1 peso Kuba (sekitar US$4 atau Rp 59 ribu).
Warga Kuba mengatakan, karena kuat dan lentur, kondom bisa digunakan untuk berbagai hal --di luar fungsinya sebagai alat kontrasepsi dan pencegahan penyakit yang ditularkan dari hubungan seksual.
"Kami tidak mungkin membiarkan pelanggan kami kesal, sebab kami tidak dapat melakukan sesuatu. Karena kami tidak memiliki banyak peralatan, kami mencari alternatif," kata Sandra Hernandez, seorang penata rambut di Havana Hairdressers yang menggunakan kondom sebagai ikat rambut. Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (7/9/2018).
Saksikan video pilihan berikut ini:
Kondom Untuk Acara Anak-Anak
Sementara itu, pada sebuah konser atau acara ulang tahun anak-anak, kondom ditiup menjadi balon besar yang melayang di udara.
Di sepanjang pantai, terdapat pelampung yang terbuat dari beberapa kondom dan diikat bersama mengapung di laut, membawa kail yang sudah diberi umpan. Hal ini memungkinkan nelayan berada di pantai Kuba, karena sebelumnya mereka merasa takut, kapal emigrasi ilegal membawa umpan mereka lebih jauh.
"Tujuannya adalah menangkap ikan yang lebih besar," ucap Angel Luis Nunez, nelayan di hunian Malecon.
Mungkin penggunaan kondom yang paling tidak masuk akal adalah seperti yang dilakukan oleh Orestes Estevez. Kondom menjadi penutup botol anggur.
Kondom mengembang saat gas fermentasi anggur keluar, saat karetnya mengecil, proses fermentasi selesai. Estevez kemudian menjual anggurnya di garasi.
"Benda ini dapat menaikan persenan alkohol dan mempercepat proses fermentasi," kata pembuat anggur rumahan itu.
Advertisement