Usul KEIN untuk Stabilkan Nilai Tukar Rupiah

KEIN mengusulkan beberapa langkah untuk menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 08 Sep 2018, 12:40 WIB
Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta

Liputan6.com, Jakarta - Komite Ekonomi Nasional dan Industri (KEIN) mengusulkan beberapa langkah untuk menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Wakil Ketua KEIN, Arif Budimanta menyebutkan inti dari pelemahan nilai tukar rupiah ini dari dalam negeri adalah lemahnya produktivitas RI. Alhasil neraca transksi berjalan dan perdagangan RI terus mengalami defisit.

"Jadi langkah pertama adalah tingkatkan produktivitas itu. Dan ini memang tidak mudah. Industri harus digenjot terutama hilirisasi yang memiliki nilai tambah dan berorientasi ekspor," papar Arif di Warung Daun, Sabtu (8/9/2018).

Kedua, Arif mengatakan, pemerintah harus menggenjot peningkatan kualitas produk dari sektor pertanian, perkebunan dan perikanan.

hal itu karena di saat terjadi depresiasi rupiah, ketiga sektor itu yang paling tahan terhadap pelemahan rupiah dan menyumbang pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dia mengusulkan, akses pembiayaan di tiga sektor tersebut harus dipermudah.

Selama ini, menurut dia, pembiayaan masih terfokus ke sektor perdagangan. "Ketiga, pemerintah, OJK dan BI itu harus tegas dalam perdagangan rupiah di pasar internasional. Karena selama ini valuasi rupiah ini diperdagangkan di beberapa negara dan itu ada yang mengendalikan," ujar Arif.

Meski begitu, Arif meyakini pemerintah, OJK dan BI sudah memiliki langkah dan mitigasi mengenai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah menguat tujuh poin ke posisi 14.884 per dolar AS pada 7 September 2018 dari periode Kamis 6 September 2018 di kisaran 14.891 per dolar AS.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg,rupiah menguat ke posisi 14.820 per dolar AS. Bahkan saat pembukaan, rupiah menguat 25 poin dari 14.893 pada penutupan kemarin ke posisi 14.868 per dolar AS. Rupiah pun bergerak di kisaran 14.820-14.907 per dolar AS sepanjang Jumat pekan ini.  (Yas)


KEIN: Pengangguran Menurun Jadi Tanda Ekonomi RI Membaik

Warga melintas di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Kamis (5/1). Namun, keberhasilan pemerintah menekan angka kemiskinan saat ini dibayang-bayangi oleh tingginya kesenjangan antar penduduk di kawasan perkotaan dengan di pedesaan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) menyebutkan bahwa perekonomian Indonesia terus menuju ke arah yang semakin membaik. Hal ini ditunjukkan dengan turunnya jumlah pengangguran terbuka di dalam negeri.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, jumlah penduduk bekerja di Indonesia pada Februari 2017 sebanyak 124,54 juta orang. Angka ini naik 6,13 juta orang dibanding keadaan Agustus 2016 dan naik sebanyak 3,89 juta orang dibanding Februari 2016.

Selain itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2017 sebesar 5,33 persen atau turun 0,28 persen poin dibanding Agustus 2016 dan turun sebesar 0,17 persen poin dibanding Februari 2016.

Meskipun pada Agustus 2017 jumlah pengangguran di Indonesia naik 10 ribu orang menjadi 7,04 juta orang, pada Februari 2018‎, pengangguran berkurang 140 ribu orang, sejalan dengan TPT yang turun menjadi 5,13 persen.

Sementara itu, penduduk yang bekerja sebanyak 127,07 juta orang, bertambah 2,53 juta orang dibanding Februari 2017.

"Perekonomian yang membaik tecermin dari semakin menurunnya jumlah pengangguran terbuka dan tingkat pengangguran terbuka," ujar Wakil Ketua KEIN Arif Budimanta dalam paparan Kinerja Program Pemerintah Jokowi-JK 2014-2018 seperti dikutip Jumat 10 Agustus 2018.

Selain itu, kualitas hidup masyarakat Indonesia juga meningkat. Hal ini berkat gencarnya program jaminan sosial yang dilakukan pemerintah.

Data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), per Oktober 2017 jumlah Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang dibebaskan dari iuran sebanyak 92,2 juta orang. Kemudian, jumlah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama terus meningkat dari 18.437 pada Desember 2014 menjadi 19.969 pada 2015 dan 20.708 pada Desember 2016.

Kemudian, jumlah rumah sakit (RS) provider Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) juga terus meningkat mulai dari 1.681 RS pada akhir 2014 menjadi 1.839 pada 2015 dan 2.068 di Desember 2016.

"Melalui program jaminan sosial, pelayanan kesehatan semakin merata dan mudah dijangkau oleh siapa pun, sehingga kesehatan keluarga Indonesia terjaga. Khususnya keluarga kelompok masyarakat bawah," tandas dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya