Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menerbitkan aturan terbaru mengenai pengenaan kenaikan tarif Pajak Penghasilan (PPh) 22 untuk barang impor. Pemerintah resmi memutuskan sebanyak 1.147 barang impor dilakukan revisi tarif.
Pengusaha sekaligus Mantan Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel berharap aturan tersebut tidak hanya bertujuan menstabilkan nilai tukar rupiah dengan penghematan devisa melainkan bisa mendorong industri dalam negeri.
"Dengan demikian bagaimana mendorong disertai dengan mendorong industri dalam negeri tumbuh. Jadi ada manfaat lainnya juga gak cuma satu mengurangi penggunaan mata uang asingnya aja. Justru gimana caranya mendorong (industri) dalam negeri," kata Rachmat saat ditemui dalam sebuah acara diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (8/9/2018).
Baca Juga
Advertisement
Rachmat menegaskan, kondisi saat ini merupakan momentum tepat untuk menggenjot produksi dalam negeri. Terutama usaha kecil menengah.
"Kasih mereka insentif atau dukungan supaya industrinya tumbuh. Ini momentum untuk kita membangun industri kecil kita," ujar dia.
Dia juga menegaskan sudah saatnya Indonesia memerangi serbuan produk impor asal China. "Menurut saya bagaimana kita bisa bertarung dengan produk dari China sendiri untuk bertarung itu kenapa cost dia lebih murah dari kita salah satunya infrastruktur,” tutur dia.
Tidak hanya itu, Rachmat juga berharap keputusan pemerintah untuk menunda proyek-proyek yang berbasis impor dapat menunjukkan hasil efektif.
"Itu langkah yang baik, bukannya tidak tapi yang ada sekarang bagaimana dimaksimalkan. Jangan lihat dari satu sisi saja tapi secara total ada salah satu cara untuk menjaga agar rupiah tidak melemah terus. Tapi satu sisi infrastruktur yang sudah ada bagaimana didorong supaya dimaksimalkan. Itu harus ada mengundang pengusaha-pengusaha kecil menengah kususnya, yang besar juga," ujar dia.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Momen Dongkrak Ekspor
Sebelumnya, kondisi nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat dinilai bukan hanya menjadi mimpi buruk bagi Indonesia. Kondisi saat ini bisa jadi momentum yang menguntungkan.
Pengusaha sekaligus mantan Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel mengungkapkan, kondisi saat ini seharusnya dimanfaatkan untuk mendongkrak ekspor sebanyak-banyaknya sebab rupiah yang bisa didulang akan menjadi lebih besar nilainya.
Apalagi, Indonesia bukan kali pertama menghadapi kondisi rupiah tertekan. Seharusnya kondisi-kondisi di masa lalu dapat dijadikan pengalaman yang berharga dalam menghadapi kondisi serupa.
"Sekarang ini momentum, kejadian sekarang ini kalau rupiah melemah kita sudah mengalami bukan pertama kali sudah mengalami tahun 97 kita alami. Di samping itu kita juga sudah mengalami devaluasi jadi ini bukan hal yang baru," kata Rachmat dalam sebuah acara diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu 8 September 2018.
Dia melanjutkan, saat ini seharusnya Indonesia bisa memanfaatkan kondisi nilai tukar rupiah melemah untuk mengeruk untung dengan cara meningkatkan ekspor.
"Sekarang adalah bagaimana memanfaatkan kalau untuk saya ini peluang sebetulnya sebagai pengusaha ini peluang. Bagaimana kita bisa dorong ekspor kita dari Indonesia," ujar dia.
Namun, hal itu tentu saja tidak mudah. Dia menyebutkan, pemerintah perlu turun tangan membantu pengusaha menghadapi kendala-kendala ekspor yang kerap terjadi.
"Tentu untuk bisa mendorong ekspor kita apa hambatan-hambatan yang dihadapi para pengusaha. Ini yang menurut saya, sebetulnya tidak terlampau khawatir dengan masalah ini (pelemahan Rupiah)," ujar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement